Jalan

TEACHING MIND - TOUCHING HEART - TRANSFORMING LIFE

Pages

 

Minggu, 19 Februari 2012

Pastoral Pastor

0 komentar

                                             CINTA KASIH PASTORAL


PENDAHULUAN:

Romo Deken, para Romo, Pastor, suster dan Frater yang saya hormati, tanggal 18 Januari Lalu, ketika pagi-pagi benar saya bersama romo Oktovianus Naif mendatangi romo deken dalam perjalanan dari Noemuti melalui jalur Bijaepasu kembali ke Kupang karena malam itu turun banjir. Tujuan romo Okto yakni membatalkan permintaan romo deken yang ditujukan kepadanya sebagai pemberi rekoleksi untuk para romo dan pastor –suster saat ini. Spontan tugasnya itu ditawarkan kepada saya. Saat itu hendak menolak pengalihan tugas ini karena bahan ujian hingga saat ini belum selelsai diperiksa. Tetapi karena terdorong oleh rasa kerekanan dan cinta kasih pastoral saya berusaha untuk datang apa adanya saya saat ini di tengah-tengah saudara-saudari seperjuangan dalam Kristus.
Bagiku saat ini/rekoleksi dan temu pastoral ini adalah kesempatan yang tepat untuk kita bertemu dan menimba kebenaran, dan kekuatan serta inspirasi baru dalam mengemban tugas-tugas pelayanan dan pengabdian kita sebagai imam-imam Tuhan dan suster-puteri-puteri terkasih Maria yang Trinitaris di tengah-tengah masyarakat. Bila hari-hari hidup dan karya kita tanpa kembali kepada Tuhan  dalam suatu kesunyian diri yang mendalam dan mempribadi dengan Allah, maka cepat atau lambat kita akan mengalami kesendirian yang hampa, tanpa makna persaudaraan sejati dengan Allah dan sesama rekan secita-cita dan seperjuangan. Kita akan mengalami disorientasi hidup dan karya. Sebaliknya bila kita kembali dalam suasana kesendirian yang indah dengan Tuhan dan dalam  kepuasaan rohani yang kita timba dari kebersamaan kita tanpa keterbukaan dalam pengabdian kepada umat Allah yang dipercayakan kepada kita dapat merupakan pengalaman Tabor dan Yerusalem.
Kebenaran dan kekudusan hidup yang kita miliki dalam dan melalui karya pastoral di tempat tugas sesungguhnya harus berpolakan”keaktifan dalam dunia” berlandaskan “keaktifan dengan Tuhan”, actio in contemplation et contemplatio in actio.  Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal” (Yoh.6:68). Yesus sang Guru, Tuhan dan Penyelamat kita memiliki pola hidup yang khas dalam karya pastoral-Nya. “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawan-nya menyusul Dia. Waktu menemukan Dia, mereka berkata:”Semua orang mencari Engkau,.” Jawab-Nya, Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang. Lalu pergilah ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan (Mrk.1:35-39).
Doa adalah sumber dan motivasi karya. Doa bukannya qua doa namun berwujud pengabdian. Interaksi dan intersepsi antara doa dan karya merupakan dialektisme hidup dan karya Yesus. Keduanya saling mencipta dan memperkaya satu sama lain. Bdk.Mrk.6:30-44., Mt.14:13-21 dan Lk.9:10-17.  Bertolak dari alasan penerimaan tawaran pengalihan tugas tersebut, saya coba memberi tema rekoleksi kita sebagai berikut:”CINTA KASIH PASTORAL’.
Tema ini tentu menggelitik dan mendorong kita untuk mengajukkan beberapa pertanyaan refleksif seperti: apa itu cinta kasih pastoral? Suatu pastoral yang bermotifkan cinta kasih, yaitu kasih kepada Tuhan dengan segenap hati dan kasih kepada sesama seperti kepada diri sendiri?(Mt.22:37-37). Manakah bentuk-bentuk pelayanan pastoral yang adalah hasil buah dari cinta kasih? Tindakan-tindakan dan perbuatan manakah yang bernafaskan cinta kasih? Apakah selama ini kita memang bekerja dan sibuk mengurus lembaga dan paroki dengan motifasi cinta kasih atau cinta diri—cinta bakat? Apakah kita memiliki motivasi primer atau sekunder dalam melaksanakan karya pastoral kita?
Tema Cinta Kasih Pastoral mempertanyakan bukan saja motivasi pastoral kita tetapi juga mempertanyakan bagaimana cara, etika dan efektivitas pastoral kita? Sebetulnya tema ini mempertanyakan dan merefleksikan secara lebih mendalam spiritualitas-kerohanian, moralitaas, etika dan praksis pastoral kita.
Kiranya tema ini membantu kita untuk membaharui diri dan merekonstruksikan kembali pola hidup dan tugas-tugas pelayanan pastoral kita, sebagai suatu perwujudan dari hakekat kita sebagai frater, suster, bruder dan sebagai imam, nabi dan gembala.
Jawaban yang tepat yang dapat kita berikan atas pertanyaan -pertanyaan, sekaligus tantangan yang tercantum dalam tema cinta kasih pastoral, dapat kita temukan dalam Ensiklik Paus Yohanes Paulus II”ECCLESIA DE EUCHARISTIA’ yang dialamatkannya kepada para imam dan diberlakukan sejak hari Kamis Putih 2003. Permenungan kita seputar Cinta Kasih Pastoral perlu mendapat Landasan dan orientasinya dalam Ensiklik ini dan dalam surat Sri Paus Yohanes Paulus II kepada kita para imam pada hari kamis putih 2004 lalu.
ECCLESIA DE EUCHARISTIA
= Sri Paus Yohanes Paulus II menggarisbawahi pandangan Konsili Vatikan II bahwa “Gereja menimba hidupnya dari Ekaristi Kudus”. Dalam bahasa Konsili, khususnya dalam Lumen Gentium no.11 tertulis”Korban ekaristi adalah sumber dan puncak hidup kristiani.”  Mengapa demikian? “Karena di dalam ekaristi kudus tercakuplah seluruh kekayaan rohani gereja, yaitu Kristus sendiri paska kita dan Roti hidup, yang karena daging-Nya yang dihidupkan oleh Roh Kudus dan menjadi sumber kehidupan, mengaruniakan kehidupan kepada manusia (PO.no. 5). Di dalam Sakramen Mahakudus, Sakramen Altar, gereja menemukan manifestasi dirinya secara penuh dan utuh dari Allah yang tidak terbatas, pada waktu perjamuan terakhir, “in the Upper Room= di ruangan Atas”, Yesus mengambil roti, memecah-mecahkan roti itu lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya seraya berkata: “Ambillah ini dan makanlah, inilah tubuh-Ku yang akan diserahkan/dikurbankan bagi kamu” ( Mt.26:26; Lk.22:17; 1 Kor.11:24). Kemudian Ia mengambil piala yang berisi anggur dan berkata lagi:”Ambillah dan minumlah, inilah piala darah-Ku darah perjanjian baru dan kekal, yang akan ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku” ( Mt. 26:27; Lk.22:20; 1 Kor. 11:25). Di dalam Sakramen Mahakudus, ada identifikasi total dan mutlak dari diri Yesus dan karya-Nya.
= Misteri Ekaristi adalah juga misteri Paska. Gereja lahir dari misteri Paska, sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Gereja perdana telah mengalami dan bertekun mengahayati misteri paska Kristus ini:”Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” (Kis. 2:42). Setiap kali kita memecahkan roti kita merayakan ekaristi  kudus secara  rohani kita pun”Kembali memperingati” Rahasia Paska-Rahasia Kamis Putih-Rahasia Perjamuan Tuhan-Rahasia Getsemani ( Lk.22:24=”Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah.”)-kita kembali memperingati Rahasia Golgota(salib dan kematian) sebagai tebusan bagi kita. “ Kristus sebagai imam besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang.... telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembuh, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri“ (Ibr.9:11-12). Walaupun mendapat tantangan dan kesukaran yang besar, Yesus tidak melarikan diri-Nya dari nasib-Nya dan dari saat-Nya.“ Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapak, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak! Sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini“ ( Yoh.12:27).  Kegelisahan Getsemani adalah awal kegelisahan salib hari jumat agung.
= Perayaan Ekaristi adalah perayaan salib sekaligus perayaan kemuliaan kebangkitan Kristus.  Inilah rahasia pengakuan iman kita. „ Yang disalibkan wafat dan dimakamkan, yang turun ke tempat penantian, dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.“Syair-syair Nyanyian Paska, selalu berbunyi, Kristus telah bangkit alleluia.  Dalam perayaan ekaristi khususnya pada bagian anamnese para imam selalu mengatakan „Inilah Rahasia Iman kita“ atau  imam selalu mengajakumat beriman“ Marilah kita menyatakan iman kita“ dan umat selalu menyambut ajakan tersebut dengan seruan“ Wafat Kristus kita maklumkan, kebangkitan-Nya kita muliakan, kedatangan-Nya kita rindukan“, pada saat itu gereja sesungguhnya menunjuk kepada Kristus dalam rahasia penderitaan dan rahasia kebangkitan-Nya., dan sekaligus gereja mengungkapkan rahasianya sendiri yakni „Ecclesia de Eucharistia“+ Gereja hidup dari Ekaristi. Di dalam Ekaristi Kudus, Yesus Kristus mempercayakan kepada Gereja-Nya kehadiran abadi dari Rahasia Paska.
= Gereja sesungguhnya menimba hidupnya dari Kristus dalam Ekaristi kudus. Oleh-Nya gereja dihidupi, diterangi dan dicerahi. Ekaristi kudus itu adalah Suatu Rahasia iman dan suatu rahasia penerangan atau pencerahan. „Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka mengenal Dia“ ( Lk.24:30-31).
Dalam Ensiklik Ecclesia de Eucharistia, sri Paus membagikan sebagian pengalaman pribadinya tentang rahasia ekaristi kudus. Sebagai imam, uskup dan sebagai pengganti Rasul Petrus/sebagai Paus, ia telah merayakan Ekaristi kudus di gereja paroki Niegowic, di gereja st. Florianus Cracow, di katedral Wawel Cracow, lalu di basilika st. Petrus Roma dan dibeberapa basilika dan gereja di seluruh dunia tempat ia berkunjung. Pengalaman merayakan ekaristi kudus di berbagai tempat ini telah memberikan kepadanya satu pengalaman yang luar biasa indah dan menarik serta sungguh dahsyat tentang „Karakter universal-karakter kosmik“ dari ekaristi kudus. Sebab di manapun ekaristi dirayakan, entah di atas sebuah altar sederhana, di daerah pedalaman, Ekaristi kudus atas satu cara yang sama dirayakan di atas „Altar bumi- altar dunia“ ! Dengan demikian Ekaristi Kudus merangkul dan meresapi semua ciptaan/alam semesta menjadi sebuah realitas- Putera Allah menjadi manusia untuk memulihkan segala ciptaan.
= Sri Paus menganjurkan partisipasi yang setia dari umat beriman dalam prosesi sakramen Mahakudus pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus/Corpus Christi dan supaya praktek-praktek adorasi sakramen Mahakudus tidak boleh ditinggalkan.  Beliau menekankan bahwa terkadang ditemukan peredusiran yang ekstrim terhadap makna sakramen Mahakudus sebagai satu rahasia iman. Ekaristi hanya dirayakan sebagai satu perjamuan persaudaraan, dan makna korbannya ditinggalkan/ditanggalkan.
Pada bagian penutup/kesimpulan dari Ensiklik ini sri Paus menegaskan bahwa setiap komitmen kepada kesucian/kekudusan, setiap aktivitas/kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan misi gereja, setiap perencanaan pastoral harus menimba kekuatan yang dibutuhkannya dari Ekaristi Mahakudus dan sebaiknya diarahkan kepada rahasia tersebut sebagai puncaknya.  Beliau menandaskan bahwa di dalam Ekaristi Kudus kita menemukan Yesus Kristus, kita memperoleh korban penebusan-Nya, kita mendapat rahmat kebangkitan-Nya, kita menerima kurnia Roh Kudus, kita menerima dan merasakan Cinta Bapak yang hendak dilanjutkan dalam hidup dan karya pastoral kita.
= Ada dua hal penting yang ingin saya kutip dari surat Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para imam pada hari kamis putih 2004 untuk kita renungkan yakni: Pertama, Pada hari kamis putih, dalam perjamuan terakhir, bukan saja ada penginstitusian ekaristi kudus, tetapi serentak ada pula „Kelahiran imamat“. Kita para imam dilahirkan dari ekaristi kudus. Bila kita mengatakan bahwa gereja hidup dari ekaristi kudus-Ecclesia de Eucharistia vivit, kita pun dapat mengatakan hal yang sama mengenai imamat jabatan kita. „Tidak ada ekaristi Kudus tanpa imamat, demikian pula tidak ada imamat tanpa ekaristi kudus.“ Pelayanan dari orang-orang tertahbis tidak pernah boleh diredusir hanya pada aspek fungsional(aspek fungsi saja) sebab pelayanan orang-orang tertahbis masuk dalam level „Being“(hakekat-adanya) dan hal ini memampukan imam untuk bertindak In Persona Christi. , Kedua, Ekaristi kudus itu adalah satu rahasia iman., dan imamat itu sendiri bila direnungkan secara mendalam maka imamat itu adalah satu rahasia iman pula, mysterium Fidei.  Kedua sakramen ini adalah sakramen PENGUDUSAN dan sakramen  KASIH.
Oleh karena karya Roh Kudus, imam menjadikan Roti dan Anggur, Tubuh dan Darah  Kristus. Ada hubungan istimewa antara Ekaristi dan Imamat, suatu relasi saling mempengaruhi dan saling mengadakan(iterplay) yang bersumber pada Perjamuan Terakhir Tuhan in the Upper Room. Kedua sakramen ini lahir bersama dan nasibnya tak dapat dipisahkan hingga akhir dunia.
= Hakekat keberadaan dan pelyanan seorang imam, seorang murid Kristus adalah „ BERADA BERSAMA DIA-YESUS SANG GURU’ TO BE WITH HIM’ = Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil.... (Mrk.3: 14-15 ).
PENUTUP
= Cinta Kasih Pastoral, apapun penginterpretasian dan pengertiannya, hanya bisa bersifat kristiani apabila spiritualitas dan praksisnya bersumber pada rahasia Ekaristi Kudus dan berkarakter ekaristik.
= Ekaristi Kudus tidak bisa dirayakan hanya sebagai satu perjamuan persaudaraan, atau hanya dalam level fungsional tetapi ekaristi kudus adalah satu perayaan rahasia iman= rahasia paska: sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Rutinitas patroli, rutinitas perayaan ekaristi atau rutinitas pastoral, misa; mestinya mengenakan kebenaran perayaan dan perbuatan hidup in Persona Christi. Pengidentifikasian diri dan pelayanan seorang imam dengan Kristus merupakan hakekat Cinta Kasih Pastoral.
= Sejauh mana pastoral kita diresapi semangat Cinta Kasih, kita para imam, suster, bruder  dan frater perlu rendah hati, dan terus menerus melakukan tobat dan pembaharuan diri.
Semoga Rahmat Allah memampukan kita dalam mengoptimalkan Cinta kasih pastoral dalam hidup dan karya kita. Amen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar