Jalan

TEACHING MIND - TOUCHING HEART - TRANSFORMING LIFE

Pages

 

Kamis, 16 Februari 2012

IN MEMORIAM: MY DAD, MY HERO, MY VALENTINE

0 komentar
IN MEMORIAM: MY DAD, MY HERO, MY VALENTINE
 “Pagi hari itu 14 Ferbruari 1996...ayah yang semalam bergulat dengan maut antara sadar dan tidak sadar...tertidur pulas. Ibunda senang karna itulah saat pertama dia melihat ayah begitu lelap tidurnya...makanya ibunda memberanikan dirinya kembali ke rumah untuk melihat keadaan rumah dan adik adik yang “dibiarkan mengurus diri” sejak ayah masuk rumah sakit”. Ibupun berangkat ke rumah...saya yang bertugas menggantikan ibu mendampingi ayah...karena melihat ayah tertidur begitu pulas...saya tak mau mengganggu beliau...”. Tak lama datanglah seorang imam yang kami minta untuk mendoakan ayah...” Ibuku sudah kembali dari rumah...ketika saya hendak menyalakan lilin hendak memulai ibadat...ibunda mencoba menyentuh kaki ayah hendak membangunkannya...ternyata tak ada reaksi sedikitpun...seorang teman romo lain yang datang hendak berkunjung mencoba mencubit kaki dan tangan ayah sekuat tenaga...tak ada reaksi..ibunda mulai panik...saya memanggil perawat dan mencoba memeriksa denyut nadi ayah...sang perawat hanya melihat alatnya tak berkedip dan memandang ke saya dengan penuh arti...saya paham...saya tahu..arti tatapannya itu...untuk memastikan kondisi terakhir ayah...sang perawat tanpa kata kata memanggil dokter yang bertugas..setelah memeriksa seperlunya...dokter itu lagi lagi memandang ke saya...ibundapun tahu dan menetapa saya dan berurai air mata berujar: “ anak...bapak sudah pergi.....”!
Yah ayahku 16 tahun sudah ..pergi dari kami...drama di ruang rumah sakit itu masih sangat jelas terasa sampai detik ini..tangisan mama yang histeris..raungan adik adik yang masih belum seberapa mengiris hatiku yang saat itu pun sedang bergumul dengan sakitku sendiri serta bergumul dengan kebimbanganku apakah terus melanjutkan menjadi imam atau mengundurkan diri karena aku harus menerima keputusan Uskup dan Dewannya bahwa saya tak diikutsertakan dalam tahbisan diakon dan imam tahun ini.
Setelah ayah dimandikan dan yang bertugas memandikan ayah menawarkan kepadaku apakah saya bersedia ikut memakaikan pakian kebesaran kepada ayah...tanpa berpikir...aku mengatakan siap!
Peristiwa candaku dengan ayah di kamar jenazah itu adalah canda seorang anak dan seorang jagoannya yang telah menyelesaikan “tugas pengabdiannya dengan sempurna”. Saya masih ingat baik ketika harus mengenakan pakian seragam kepolisian kebanggaannya...ketika memegang dan melekukan tangan dan lengannya agar pakiannya bisa masuk....memegang telapak tangannya...air mata saya berderai dalam canda...”ah tangan ini yang biasanya menuntun...memapah pasti ketika kami berjalan bersama...mencubit dan memukul kalau kami bandel...kini tak bertenaga dan berdaya lagi...kaki kaki yang seumur hidupnya tak pernah diam..kini kusam dan pucat...saya menangis waktu itu...’menangisi diriku yang belum sempat berbuat yang sedikitpun untuk dia yang seumur hidupnya hanya memberi dan terus memberi dan kesederhaanaannya terkadang memberi dari ketiadaannya...ketika memakainkan topi dinas kepolisian yang sangat dijunjungnya...saya secara spontan meminta semua yang ada dalm ruang jenazah memberikan penghormatan kepada ayahku...komandanku...komandan kami ...seorang purnawirawan polisi yang berhati ayah yang mencinta.
Hari ini 14 Februari 2012....16 tahun sudah...kenangan ini masih saja terus terlintas dengan jelas dalam ingatanku. Setiap kali mengingatnya saya meneteskan air mata..setiap tanggal 14 feberuari dunia merayakan hari Valentine saya justru terharu, sedih, dan memilih diam dan tenang di kamar...belum bisa keluar dari perangkap peristiwa kehilangan ayahanda di hari seperti ini. Suatu saat pada saat perayaan ekaristi pagi tgl 14 februari ketika saya masih sebagai frater muda berpraktek pastoral di paroki...anak anak asrama terkejut dan heran ...karena mereka melihat saya menangis sesenggukan sepanjang misa...pastor paroki yang sementara memimpin misa...tergganggu...ketika selesai komuni beliau bertanya ada apa frater? Saya hanya bilang “saya ingat ayah”...
Dini hari ini saya sudah berkomitment untuk mau meralakan kepergiaan ayah...ingin bergembira dan tersenyum kepada semua yang merayakan valentine day...oleh karena itu saya menuliskan tulisan ini..memaknai valentine ini dengan belajar dari kehidupan cinta dan kasih seorang anak manusia yang kami banggakan “Ayahku..ayah kami”
Saya sudah sering bercerita dan bercanda soal ibunda...di mana mana, di saat kulaih, di saat rekoleksi/retret/ceramah bahkan ibunda sering menjadi bahan untuk ketawa ketiwi antar kami saudara-saudari atau antar sobat sabait...itu tidak terjadi dengan cerita tentang ayah....saya sendiri tidak tahu kenapa....yang saya tahu ayah pergi ketika kami belum apa apa dan dalam kenyamanan...tatkala dia sudah tidak ada...Ibunda tampil dengan segala kemuliaan dan kebesaran seorang ibunda manusia yang pernah ada di dunia ini...pesona ibu bertarung dengan hidupnya dan hidup kami...”menyingkirkan” pesona seorang laki laki yang sangata dicintainya sampai saat ini...saking mencintai dan setia kepada suaminya...setiap kali menyebut nama suami atau berkisah tentangnya...selalu ada air mata...ah bunda ...kamu bergitu mencintai ayah...dan itu inspirasi untuk kami putra dan putrimu.
Ayah saya seorang yang disiplin dan tegas....semua kami dididik secara militer...kami sudah terbiasa dengan siraman air dingin ketika masih bermalas malas di tempat tidur di waktu pagi. Kami pun sudah tahu kalau tidak memberi makan kepada ternak babi sore hari maka tengah malampun harus bangun untuk mencarikan dan memberikan makanan buat binatang binatang itu...sudah biasa kalo tak mau mandi kami akan berkejaran keliling rumah dan berujung direndam dalam bak mandi sampai kedinginan...
Beliau seorang yang sangat hemat soal penggunaan keuangan...sangat pelit mengeluarkan uang buat kami untuk jajan...namun ketika semangat pelitnya lagi pergi...pisang goreng sebaskom dan es mambo setermospun diborognya hanya untuk menyenangkan kami anaka anaknya....
Ah ada begitu banyak kenangan indah bersamanya...isinkan saya melukiskan beberapa diantaranya yang sangat inspiratif dan menajdi falsafah kehidupan yang kuhidupi sekarang......
Ketika saya masih di SD dan ikut membela kesebelasan SD di kampung...sebagai striker yang paling mungil di antara semua pemain dan kalah...saya menangis karna kalah...beliau datang, memegang kepala saya dan mengangkat daguku sampai kedua bola mataku tepat berhadapan dengan tatapannya, dia beujar pelan, lembut, namun tegas : “Anak-anakku adalah orang-orang yang tak pernah menyerah...orang yang tak pernah kalah...kali berikut kamu pasti menang”..lalu menepuk  pundak dan berkata singkat...pergi bergabung dengan teman-temanmu...kata kata ini begitu bergelora dan memprovokasi hidup dan kehidupanku...tak menyerah..tak mau kalah dalam hidup..selalu yakin pasti bisa.
Suatu sore ketika ayah dan teman-teman sesama polisi lagi duduk bersama di POS Polisi...saya yang waktu itu sudah SMA dan menjadi anggota team sepakbola seminari...berseragam lengkap kostum sepakbola seminari berjalan di depan mereka menuju lapangan sepakbola, saya mendengar dengan jelas kata-katanya membanggakanku di hadapat teman-temannya; “ Itu dia saya punya anak (sambil menunjuk ke arahku)”
Itu dia saya punya anak...Kata kata ini begitu mempesonaku...energi positif yang mengalir dalam diriku memberikan aku rasa bangga, rasa dicintai, dan berarti di hadapan banyak orang teristimewa di antara teman temannya (ada beberapa teman ayah yang masih hidup sering mengulang-ulang kalimat ini setiap kali mereka bertemua dengan asaua). Ketika saya sudah di dalam Gereja Katedral Atambua siap hendak ditahbiskan imam...lalu Vikjen memanggil namaku: Diakon diakon yang hendak ditahbiskan mohon tampil ke depan: Diakon Yohanes...saat saya maju berjalan tenang dan pasti ke depan altar...disaksikan oleh ribuan orang yang hadir....”kata kata ayahku terdengar jelas..Itu dia saya punya anak...dalam suasana yang tegang aku tersenyum...ah ayahku pasti bangga melihatku dari keabadian..berjalan menuju altar untuk ditahbiskan...satu kerinduannya yang tak sampai...yang membuatnya pernah menangis sungguh sungguh karna bukanya takut untuk meninggal tetapi ...sedih/kecewa/marah dia takut tidak bisa melihatku ditahbiskan...dan itu terjadi.
Setelah tahbisan dan dalam refleksi-refleksiku saya baru menemukan: bukankah kata kata ayahku itu adalah versi lain dari “ada suara yang berseru dari langit: Inilah Putraku..kepadaNyalah Aku berkenan”. Apapun itu, kata kata ayah saya adalah berkat dan perutusan buatku...
Kami berdua tidak terlalu akrab dibanding kedekatan dia dengan adik-adikku yang lain (saya lebih dekat dengan ibuku sang negosiator dan pembela yang rela mati demiku hahaha)...kami berdua saling mengagumi satu sama lain tapi tak pernah secara langsung mengatakannya. Saya justru mendengar semua kebanggaannya padaku dari teman-temanku dan teman-temannya betapa bangganya dia padaku yang memberikan dia senyum dan rasa bangga karna prestasi-prestasiku.....
Setelah bertumbuh dewasa dari satu sekolah, dari satu tingkat pendidikan ke tingkat berikutnya...saya menyadari bahwa dalam diriku ada begitu banyak sifat dan karakternya yang ada dalamku (yang membuat istrinya ...ibundaku selalu mengatakan...kamu tuh seperti bapakmu...seandainya ayahku masih hidup dia akan juga bilang: kamu tuh seperti ibumu wkwkwkwk aku mewarisi sifat sifat keduanya yang menjadikan aku istimewa...hak kesulungan yang tak bisa diambil oleh siapapun hehehe)
Pernah sekali dalam canda berdua di hadapan bunda dan adik adik saya bertanya: Apakah bapak sangat aktif di gereja dan urusan agama ini, karna bapak mau cari muka dengan pastor dan umat biar saya mau jadi Imam? Jawabannya singkat, pendek, dan jelas: “Kamu tidak lahirpun saya tetap aktif di gereja”
Begitu aktif mengurus urusan di Paroki dan mengurus umat entah sebagai Ketua DPP atau tokoh umat cukup menyita waktunya....sampai sampai setiap hari pingin saja ke pastoran. Ada kisah menarik ...ayah saya walau ketua DPP dan aktif dalam kegiatan di paroki ternyata tak bisa mendoakan semua doa wajib (hahahahahahaha). Hal ini dbuktikan sendiri oleh pastor paroki kami ketika saat persiapan sambut baru dan salah seorang adikku ikut serta....saat giliran adikku...diapiti oleh ayah dan ibuku..berdiri di harapan Pastor paroki...adikku tentu lancar karena mau komuni pertama, apalagi ibunda...muder yang satu ini semua doa yang pernah ada didoakan dengan mantap dan adapula doa karangannya sendiri (hehehehe mom..you are the best! Hehehe)...tetapi ketika tiba giliran ayahku untuk diuji...Pastor memintanya mendoakan “doa Cinta”...ayahku diam...tak satu pun kata yang keluar dari mulutnya...mama marah-marah..adikku cemas dan takut nanti batal ikut komuni pertama...orang tua dan anak yang lain mulai tertawa...pastor paroki pun berujar..wah ketua DPP tidak tahu doa cinta! Ayahku dengan tenang dan penuh keyakinan menatap pastor paroki dan berkata: “Romo saya tidak bisa hafal doa cinta itu....yang pasti saya sudah dan sangat mencintai istri, anak dan keluarga saya, termasuk romo dan semua yang hadir di sini...” romonya terpaku dan malu malu melanjutkan dengan orang lain.
Ada begitu banyak hal yang luar biasa dari ayahku ini....menjadi inspirasi..menjadi falsafah hidup...menjadi kebijakan dan kebijaksanaan hidup yang indah...keterpesonaanku kepada ayahku justru saya sadari ketika beliau sudah pergi....waktu saya studi di manila dan diminta untuk menulis sebuah paper tentang orang paling berpengaruh dalam hidupku, saya menulis dua paper dengan penuh keyakinan; yang pertama kuberi judul: MY MOM: A WOMEN WITH A BIG HEART...yang kedua sudah pasti: MY DAD: MY HERO..
Hari Valentine ini ketika saya menuliskan sharing ini air mataku masih menetes...bukan lagi tetesan kesedihan....yang pasti adalah teter keterharuan...tetesan kebanggaan akan seorang tokoh yang tak sempat merasakan bersama putra-putrinya yang hidup, bertumbuh, dan berkembang sebagaimana yang ia harapakan..
Masih ada banyak kisah tersisa...masih tercecer kebijkasanaan dan falsafah hidup warisannya di sana sini....saya tak bisa merangkum semuanya dalam tulisan in memoriam ini...saya hanya bisa merangkumnya dalam judul tulisan ini: MY DAD: MY HERO and...MY VALENTINE....
Profisiat Ibunda....Mama telah mencintai dan setia kepada suamimu dan Ayah kami secara mengagumkan....
Adik adikku...selamat berbahagia...kita memiliki seorang ayah...yang luar biasa...tulislah dan ceritakanlah kisah cintamu masing-masing bersamanya...biarlah anak cucumu dan dunia mengetahui bahwa kita mempunyai seorang ayah yang luar biasa...
Buat sobat sabit semuanya....
Sayangilah ayah dan ibumu selagi masih hidup....biarkanlah mereka mengetahui apa yang hendak kamu katakan/tuliskan tentangnya dalam judulmu: In Memoriam....
HAPPY VALENTINE....
Unio Kramat VII No. 10
Dina hari, 14 feburari 2012
Rm. Yance Laka, Pr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar