Jalan

TEACHING MIND - TOUCHING HEART - TRANSFORMING LIFE

Pages

 

Rabu, 15 Februari 2012

IBU GURU ITU..TELAH PERGI! (Eulogiku untuk Alm. Ibu Agnes PF. Assy)

0 komentar

IBU GURU ITU..TELAH PERGI!  (Eulogiku untuk Alm. Ibu Agnes PF. Assy)

Pagi hari ini saya dikejutkan  oleh telpon seorang sahabatku...” Ibu Agnes PF. Assy, telah meninggal dunia pagi ini”. Tak lama kemudian silih berganti masuk sms dari teman-teman sekolah dan rekan-rekan kerja pastoral Keuskupan Atambua memberitakan hal yang sama: “Ibu Agnes telah meninggal dunia”.
Pertemuanku dengan almarhumah yang terakhir pada tanggal 7 Desember 2010, ketika beliau mampir ke seminari kami, mengunjungi ponakkannya yang akan menerima Jubah esok harinya tgl. 8 Desember 2010. Sebelum pamit pulang beliau hanya bilang: “Anak (demikian dia selalu memanggil kami mantan murid muridnya) tetaplah menjadi Imam yang saya banggakan. Kamu luar biasa akhir akhir ini...sebagai gurumu saya bangga!
Makan pagi kami hari ini penuh dengan nostalgia tentang “Ibu Agnes Assy”, seorang istri, seorang Ibu, Seorang artis, saya lebih bangga memanggilnya: Ibu Guruku.
Sebagai seorang istri, beliau sudah menunjukkan kesetiaannya yang tak terbantahkan dalam suka maupun duka mendampingi Bpk. Anton Talul, yang juga adalah seorang pensiunan guru yang sangat sederhana dan bersahaja. Kebesaran jiwanya teruji ketika ibu Agnes harus bersusah susah, berlinang air mata, dan terkadang stress dan tekanan bathin yang panjang mendampingi sumainya yang berjuang mendapatkan pesangon di hari tuanya, setelah puluhan tahun mengabdi di salah satu sekolah swasta di kota ini.
Kebesarannya semakin nyata ketika dia sadar dan tahu bahwa dia dan suaminya bisa saja mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan segalanya....bertaruh: mereka pasti mendapatkan apa yang menjadi hak mereka secara cepat malah bisa mendapat “tambahan” berlipat karena perlakuan manusia manusia berhati singa yang teganya mem-pimpong hak orang lain lantaran manejemen busuk tak terurus secara benar. Di saat saat yang paling kritis dan membutuhkan ketegaran karna hak suaminya seolah tak berujung, dalam satu perjumpaan dengannya, beliau hanya berujar kepadaku: “Anak tak apa...rupanya orang orang itu berhati batu dan bermata buta sehingga tidak dapat merasakan derita kami yang sederhana ini...kami tidak meminta minta...kami hanya mau menerima investasi waktu dan cinta kami, hak suami saya sekian tahun di lembaga yang sangat kita banggakan ini”. Air mata tumpah....menetes deras...yang membesarkan hati...di akhir derai air matanya...selalu ada senyum....senyum harapan. Senyum seorang istri yang tegar. Senyum seorang istri yang yakin bahwa suaminya akan mendapatkan apa yang menjadi haknya. Betulah...akhirnya dengan tenang dan sabar mereka menerima apa yang menjadi hak mereka...
Sebagai seorang Ibu dari dua orang putranya...tak pernah ada kata yang keluar dari mulutnya bercerita atau membanggakan dua orang putranya yang mewarisi sebagaian besar bakat seni dalam dirinya. Beliau selalu berkata pendek...mereka baik baik dan selalu beliau ingatkan untuk sungguh sungguh belajar dan hidup...karena menurut beliau...akan sangat memalukan dan itu adalah malapetaka kalau anak kandungnya sendiri tak bisa ia besarkan secara benar dan sukses.
Sebagai seorang artis, semua orang Atambua tahu, semua mantan anak muridnya tahu, seluruh umat Keuskupan Atambua tahu, siapakah seorang Ibu Agnes Assy itu?  Hidupnya adalah seni. Hidupnya adalah Nyanyi. Nyanyi adalah hidupnya. Jejak langkahnya sekian puluh tahun di belantika musik liturgi Keuskupan Atambua sangat jelas menampakkan ketokohannya di bidang yang satu ini. Nafasnya adalah nyanyian. Lirik lirik lagu adalah doa doanya. Berlatih koor dari satu tempat ke tempat yang lain adalah ibadahnya. Hidup dan kehidupannya adalah kidung pujian seorang anak manusia yang beriman, yang mengekspresikan cinta kepadaNya lewat semangat tak kenal lelah berpastoral dan bermisi di bidang musik liturgi. Semangat dan energi seolah tak pernah surut ketika itu soal menyanyi. Enthusiasmenya membual...mengalir...memberi kehidupan kepada semua yang menghargai-mencintai lagu dan koor. Kecintaanya yang luar biasa akan musik ini sedemikan menyatu dalam hidupnya sehingga ketika orang menyebut nama Agnes Assy yang pertama melintas dalam benak orang adalah Nyanyi dan Koor. Reputasinya di bidang olah vokal tak perlu diragukan lagi. Panggung peristiwa - peristiwa besar di keuskupan Atambua dan Kabupaten Belu telah menjadi saksi kepiawian sang artis..sang maestro...sang dirigen...sang seniman ulung yang ketika sedang berlatih koor lupa akan lapar dan dahaga, ketika sedang menjadi dirigen...gemulai tangannya menjadi satu untaian lagu dan tari, menyapa, membelai jiwa dan sukma, sampai pada menyihir dan mempesona semua orang untuk berguman; Ah Tuhan Betapa Mulianya NamaMu! Dia benar menghayati spiritualitas seoang artis diregen sejati yang paham dan yakin betul akan adigium Latin ini: QUI BENE CANTAT BIS ORAT: Yang bernyanyi dengan baik – berdoa dua kali!
Sebagai seorang Guru...dia sungguh seorang Guru yang sejati. Beliau seorang yang cerdas, seorang berdisiplin tinggi, seorang yang teguh dalam prinsip dan pendirian seorang pedagog sejati. Langkah langkahnya di lorong lorong SMP Don Bosco adalah ajakan tanpa suara bagi semua muridnya untuk segera menertibkan diri. Tatapan matanya yang tajam dengan mudahnya memilah kebohongan dan kemunafikan murid muridnya di ruang kelas. Lengkingan suaranya saat mengajar menegaskan kepada para muridnya bahwa ada hal penting yang sedang dia bicarakan bernilai kehidupan, senyumnya yang khas adalah pujian membesarkan hati dan jiwa murid muridnya yang terkadang mulai takut dan grogi dengan kehadirannya yang sangat mendikte suasana hati setiap anak didiknya.
Saya menjadi salah seorang muridnya di SMP Don Bosco tahun 1981-1983. Bertemu dengannya dalam pelajaran Seni Musik dan Bahasa Inggris selama 3 tahun telah menggoreskan begitu banyak cerita indah yang tak bosan bosannya saya ceritakan berulang ulang kali ketika bertemu dengan dia.
Satu hal yang konyol sekedar bernostalgia: di usia remaja SMP....saat puber sedang merebak...suaraku berubah ubah seiring usia pergolakkan...jangankan menyanyi...berbicara saja suaraku tak karuan...betapa menantangnya saat itu ketika saya harus menyanyikan sebuah lagi sebagai bagian dari Ujian Praktek Seni Musik....wah wah...saking gugup dan takutnya saya....tak sadar saya hanya menyanyikan refrain lagunya saja (hehehehehehe). Di luar dugaanku ketika seluruh teman kelasku waktu itu tertawa...tiba tiba terdengarlah suaranya yang membesarkan hati:...Yance...kamu bernyanyi bagus...Kamu dapat nilai 7,5 (hahahahahaha)...nilai tertinggi dalam bidang tarik suara yang pernah saya dapatkan seumur hidupku( hahahahaha). Jauh jauh hari setelah saya tamat dan punya keberanian untuk bertanya tentang kebenaran nilai ujian praktek itu...beliau berujar pasti: “Kamu berhak mendapatkannya. Usahamu dan Kesungguhanmu untuk menyayi...lebih meyakinkan saya ...suara pada  saatnya akan merdu ketika engkau mengerti untuk apa kamu bernyanyi “ (wah wah wah....)
Hal lain yang sangat inspiratif dan meneguhkanku secara pribadi: setiap kali setelah menghadiri perayaan Ekaristi yang saya pimpin dan saya berkotbah...dia selalu menjadi orang pertama yang menemuiku dan berujar: Anak kotbahmu bagus...saya bangga pernah menjadi gurumu! Terkadang sangat menggelikan dan menjadi tantangan tersendiri ketika saya berceramah dan beliau hadir sebagai salah satu pesertanya....dia hanya tersenyum dan mengangguk angguk seakan begitu percaya dan yakin akan semua kata yang keluar dari mulutku. Sehabis ceramah, lagi lagi dia tersenyum lebar dan menjabat erat tanganku dan berujar:  ‘Anak, kamu hebat! Saya bangga pernah menjadi Gurumu ‘. Peneguhan – Affirmasi....pujian tak pernah berhenti keluar dari mulutnya untuk setiap anak didiknya yang berhasil. Beliau mudah dan tak kikir memberikan pujian dan peneguhan. Benarlah...dia sungguh seorang Guru yang sejati.
Sobat sobatku, masih ada sejuta cerita melukiskan kebesaran seorang Guruku ini. Saya berbangga diberi kepercayaan oleh Pastor Paroki Katedral Atambua untuk berkotbah dalam misa arwah besok di rumahnya. Saya akan dan selalu bercerita tentang pribadi besar yang dengan caranya yang unik telah turut berperan menjadikan saya seperti yang sekarang ini. Saya akan membawakan kotbah terbaik yang pernah saya kotbahkan ....karena kotbah yang keluar dari kelimpahan hati seorang murid yang berbagga akan Ibu Gurunya.
Ibu Agnes...selamat jalan. Para malaikat tentu bersukacita karena mendapatkan seorang dirigen terbaik untuk koor mereka...Ibu, perdengarkanlah maklumat natal bersama para mailakatmu untuk kami....”Hari ini telah lahir bagimu seorang Juruselamat di Kota Daud....Damai di Bumi bagi setiap orang yang percaya kepadaNya
Doakan aku, doakan kami murid miridmu yang sedang memaknai hidup ini. Rest In Peace!
Rm. Yance Laka, Pr.
TOR Lo’o Damian Emaus – Atambua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar