Jalan

TEACHING MIND - TOUCHING HEART - TRANSFORMING LIFE

Pages

 

Rabu, 15 Februari 2012

IBUNDA

0 komentar

IBUNDA...
Tiga hari aku berkesempatan merayakan “libur tahun baru” bersama ibuku yang sudah janda. Ibundaku yang sudah berusia menjelang 63 tahun. Ibunda yang semangat hidupnya mengalahkan serangan jantung di hari tuanya
Aku suka setiap kembali ke rumah: bercanda, bercengkrama dengan sang pemilik rahim yang melahirkanku ke dunai ini.
Selama tiga hari kembali ke rumah...terkadang tanpa dia sadari, aku memandang dan terus mendangnya...di saat dia lagi asyik bekerja, ketika dia aksyik bercerita dengan tetangga, tatkala dia asyik bercanda dengan cucu-cucunya, pokoknya hanya memandang dan terus menandannya tanpa bosan.
Hal yang sangat kukaguni dalam diri ibundaku adalah senyumnya. Senyum yang membuatku terpana akan kekuatan dan daya hidup yang menyertainya. Senyum yang menyambutku turun dari bus travel. Senyam yang menanti aku turun  dari mobil. Senyum tak sabar menanti aku membuka helm dari kepalaku. Senyum memandang kami anak anak, beradik kaka berdebat kusir soal sepele yang ujung-ujung hanya untuk saling memperdaya. Ibundaku selalu tersenyum dan tersenyum dalam hari hari hidupnya entah suka, entah duka. Entah panas, entah dingin, entah berhasil entah gagal...ibunda adalah senyum...senyumnya adalah bahasanya yang melintas ruang dan waktu bagiku, bagi kami anak anaknya.
Aku menemukan dan mersakan kedamaian dalam setiap senyumnya. Kedamaian yang mengalir dari kebesaran, kekuatan, dan kekayaan hati seorang ibunda. Kedamaian yang menenangkan – menghidupkan aku 9 bulan dalam rahimnya. Kedamaian yang mengalirkan air susu cinta dan kehidupan yang kusantap semasa aku bayi dan kanak kanak. Kedamaian yang memancar dari ketegaran menjalani hidup sebagai seorang istri yang ditinggal mati suaminya.
Dalam kedamaian yang muncul, aku merasakan kebanggaan seorang ibu akan putra sulungnya. Bangga akan darah dan dagingnya yang telah dewasa. Bangga akan kata kata cintanya telah memanusiakan putra dan putrinya menjadi pribadi yang menjanjikan masa depan. Bangga karena roh kehidupan yang sehat telah ia wariskan secara benar kepada puta dan putrinya.
Kebanggaan akan ibu mempertemukanku dengan aspek lain dari kebesarannya: kerelaan. Kerelaan yang sering kali ia mengertinya sebagai korban. Ibu mengorbankan segalagalanya untuk masa depan dan hidup buah bauh hatinya. Yah kerelaan yang menakjubkan. Kerelaan yang memberinya energi untuk selalu bangun terlebih dahulu diwaktu pagi dan pergi tidur paling terakhir setelah memanstikan semua pintu dan jendela rapi tertutup. Kerelaannya menemani anak anaknya. Kerelaannya untuk menunda  memprioritaskan dirinya sebagai  yang utama.
Dalam kerelaan ibuku, aku menemukan keikhlasan. Keikhlasannya untuk menunda kesenangannya yang egois hanya untuk mendegar cerita cerita konyol dari anak anaknya. Keikhlasan dalam diri ibuku menyadarkan aku akan  makna kesetiaan. Kesetian seorang ibu mengerjakan tugas – tugasnya yang sama  dan berulang ulang. Kesetiaan seorang ibu  akan janji janjinya. Ternya ia setia pada perayaan HUT pernikahannya, Senyum ibunda menyapa semua kami yang bergundah gulanah.
Kesetiaan ibu menuntun aku  menemukan dan menyadari /hadirnya CINTA dalam senyumnya. Cinta kepada Allah dalam untaian doa doanya saban hari. Cinta kepada Bunda Maria tempatnya mengadu, memberontak, menangis, dan bingung. Cinta yang mendidik anak anaknya yang 11 orang. Cinta yang memberikan pengharapan kepada putra dan putrinya untuk senantiasa terbuka kepada campur tangan Allah dalam hidupnya yang terbatas.
Dalam cinta ibuku aku menemukan – menyadari- dan berjumpa  dengan Tuhanku yang menenun aku dalam rahim ibuku, yang melecut kebanggaan ibuku akan misteri penciptaan manusia yang ia emban. Tuhan yang kujumpai dalam senyum ibu itu memampukan dia tegar mengahadapi setiap sakit. Senyum ibu menghadirkan dan membahasakan keikhlasan Pencipta memberi dan terus memberi  semangat hidup bagi orang orang yang tidak mau maju. Dalam cinta ibuku aku berjumpa dengan Tuhan yang setia mendidik semua orang dengan caranya yang khas dan unique. Ah..masih banyak lagi....Hmm senyum ibu mempesona. Senyum ibuku adalah ibadah. Senyum ibuku adalah misteri penciptaanNya. Ternyata senyum ibunda ini telah menjadikan aku seperti ini.
Hari sudah menjelang dini hari...
Segalanya telah disampaikan.
Segalanya tentang senyum ibunda
Pesona senyum ibuku masih dan akan terus senyum...
Shalom;
Rm. Yance Laka, Pr
Seminari Tinggi TOR Lo’o Damian Emaus – Atambua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar