Jalan

TEACHING MIND - TOUCHING HEART - TRANSFORMING LIFE

Pages

 

Rabu, 15 Februari 2012

BEGINING WITH THE END

0 komentar

BEGINING WITH THE END

Rangkaian  Perayaan Misa Arwah semalam dan Misa  Pemakaman Ibu Guruku serta prosesi pemakamannya hari ini luar biasa. Perayaan Ekaristi dimeriahkan oleh satu koor besar, gabungan 2 kelompok koor beken yang ada di Atambua: koor Abdi Praja dan Koor Maranatha binaannya, bernyanyi dengan segenap hati, memadahkan lagu lagu karya almarhumah sendiri. Menyaksikan dari dekat bagaimana para anggota koor bernyanyi sambil berlinangan air mata,  dibarengi isak tangis, menjadikan peristiwa kematian tokoh yang satu ini sungguh inspiratif.
Begitu banyak puja puji, litani kekaguman dan kesan kesan pribadi yang mendalam terdengar di sana sini oleh sanak keluarga, para collega, dan mantan anak anak didiknya. Semuanya indah. Semuanya bernilai. Semuanya begitu meyakinkan. Satu kesimpulan yang singkat dan tepat: dia sungguh orang baik. Saya jadi ingat pendapat seorang filsuf yang mengatakan: orang baik tidak pernah mati. Ia tetap hidup dalam puja puji, dalam kekaguman, dalam kenangan orang orang yang mencintai kebaikkan yang telah dijalani selama hari hari hidupnya. Orang baik tidak pernah mati karena dari kehidupannya selalu mengalir inspirasi – spirit – daya hidup yang “menciptakan” dunia baru, hati baru dalam diri orang lain. Benarlah kata kata sang pemazmur tentang orang baik:
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil....”(Mzm 1:3)
Dalam tataran pemaknaan pengolahan diri yang integral, peristiwa inspiratif dari prosesi pemakaman ibu guru ini sangat bernas menjelaskan salah satu konsep  Stefen Covey tentang “ 7 Kebiasaan Manusia Yang sangat Efektif” : Begining with The End diindonesiakan secara bebas: “Merujuk Pada Tujuan Akhir.”  Menghidupi dan memaknai hari - hari hidup secara benar dan bermakna ..dengan memulai hidup hari ini dengan bayangan, gambaran, atau paradigma akhir kehidupan kita .Hiduplah dengan kualitas yang anda ingin/harap orang bicarakan tentang Anda di hari pemakaman atau di saat Anda sudah tidak ada lagi.
Saya becermin pada eulogi yang saya kotbahkan malam itu, saya berkaca pada ungkapan rasa keluarga yang ditinggalkan, saya bermenung dalam deretan puja piji sahabat dan handai tolan tentang ibu guruku. Apa yang aku harapkan orang berbicara tentangku di hari pemakamanku? Pertanyaan refleksi retoris yang mengusik sampe ke sumsum kesadaranku yang paling dalam. Saya seolah olah berhadapan dengan sebuah cermin raksasa yang tanpa malu memantulkan siapakah aku sebenarnya dalam hidupku hari hari ini. Ada sisi terang. Ada sisi gelap. Ada sisi cerah. Ada sisi mendung. Ada lampu hijau. Ada lampu kuning..bahkan lampu merah dalam ziarah hidupku. Saya terpana, ternyata bukan lagi kematian Ibu guruku yang sedang kugumuli, tetapi soal kehidupanku yang sedang kuakrabi. Ah dalam setiap peristiwa kematian selalu ada kehidupan baru. Dalam suasana duka, selalu ada harapan baru.
Peristiwa kehidupan, peristiwa harapan baru, peristiwa kesadaran baru yang lahir dari kekayaan misteri meninggalnya Ibu Guruku ini tepat mengawali ziarah hidup di tahun 2011. Satu momentum berahmat yang memberi karakter transformatif bagi setiap orang yang ingin hidup sadar. Satu tahapan persiapan yang menjanjikkan sekaligus menantang di tahun 2011. Pertanyaan saya, pertanyaan kita adalah  akan menjadi seperti apakah saya/kita  di tahun 2011? Who am i meant to be? Apa yang ingin saya syukuri pada tanggl 31 desember 2011 nanti sebagai buah proses pendewasaan diri yang integral dan transformati selama tahun 2011?
Inilah panggilan sekaligus perutusan kita di tahun 2011.  Saya dan Anda dipanggil dan diutus untuk menjadikan dunia 2011 semakin berwajah manusia, lebih tepat berwajah Ilahi, karena setiap kita berlomba lomba untuk hidup dengan pola pikir, paradigma “Merujuk Pada Tujuan Akhir!”. Semua kita berlomba lomba menghidupi hidup dengan kualitas – kualitas Ilahi yang potensial telah ditanam, ditaburNya sejak kita ada dalam rahim ibunda.
Last but not the least, apapun itu yang kita canangkan untuk hidup pribadi, hidup komunitas, hidup banyak orang di tahun 2011, atau di tahun – tahun mendatang, satu sikap bathin yang pantas, satu bentuk perwujutan iman yang berkarakter, satu manifestasi keyakinan akan campur tanganNya dalam hidup setiap kita adalah tetap bersyukur dan terus bersyukur dan semakin bersyukur.
Madah syukur yang dinyanyikan sebagai lagu penutup pada Perayaan Ekaristi Pemakaman Ibu Guruku itu saya pinjam sebagai madah syukur kita bersama. Syukur diberi pencerahan. Syukur dimahkotai kesadaran. Syukur diilhami kemampuan menukik ke dalam diri, sehingga boleh sampai pada cetusan tertulis ini. Mari kita bermadah bersama: tu, dua, ga.....:
Syukur padaMu oh Tuhan, karena rahmat dan kasihMu yang selalu menyertaiku sepanjang hidupku. Syukur pada Tuhan.
Dalam suka maupun duka, bahagia ataupun derita, hatiku tetap bermadah sepanjang hidupku. Syukur pada Tuhan.
Puji syukur Tuhan tak berhingga, kuhaturkan padaMu setiap hari, seluruh hidupku akan menjadi pernyataan syukur pada Tuhan.
Meskipun hidupku penuh pencobaan, kutetap percaya pada kasihNya. Seluruh hidupku akan menjadi pernyataan syukur pada Tuhan.
Seluruh hidupku akan menjadi pernyataan syukur pada Tuhan”.
                                                                                        
Shalom dari Noemuti, Rumah Ibunda Petronela.
Rm. Yance Laka, Pr.
TOR LO’O Damian Emaus Atambua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar