Jalan

TEACHING MIND - TOUCHING HEART - TRANSFORMING LIFE

Pages

 

Senin, 20 Februari 2012

Ketekunan

2 komentar

KETEKUNAN SEORANG PILIHAN ALLAH DALAM PENCOBAAN
           (RETRET TAHBISAN DIAKON, 17-22 MEI 2004)
            Tempat     : Camplong-Kupang
            Oleh          : Rm. John Subani,Pr.


Pengantar :

     Kami bersyukur kepada-Mu, Bapak Tuhan langit dan bumi, karena sudah sekian tahun Engkau mempersatukan kami sebagai saudara-saudara secita-cita dan seperjuangan.Kami datang dari tiga dioses, dari Sumba, Kupang dan Atambua untuk mendengarkan sabda-Mu, sebagai persiapan batin dan hati kami untuk menerima anugerah Cinta dan Belas Kasih Patera-Mu, untuk dikuatkan dan diteguhkan secara mendalam oleh Roh Kudus yang adalah Cinta dan kedamaian hati kami.
     Kami mohon kepadaMu, curahkanlah Roh Cinta Kasih dan Roh Damai-Mu secara melimpah kepada setiap kami selama beberapa hari berada dalam keheningan bersama-Mu di tempat ini. Aku sendiri bersyukur kepada-Mu Bapak, atas pengalaman suka-duka hidup yang ku alami sebagai imammu yang tak berguna,.Aku bersyukur kepada-Mu Bapak, karena iman dan harapan yang telah kami bagikan di antara kami, satu kepada yang lain dan karena anugerah-anugerah para pekerja muda untuk kelanjutan hidup masa depan gereja-Mu: suatu masa depan diberkati secara melimpah dengan berbagai kekuatan, dengan semangat pelayanan, pengorbanan, dengan keberanian, keluletan, ketaatan dan kegembiraan.
     Berilah Roh kekuatan-Mu kepada kami agar kami boleh mampu  mengabdi, membantu kaum muda ini yang memohon dan mengharapkan lebih banyak dari kemampuan manusiawi kami.
     Dalam kehadiran-Mu yang  kudus di tempat ini, ya Bapak, kami menyadari kemiskinan dan ketidaktahuan kami tentang apa yang seharusnya kami katakan dan pikirkan, tetapi kami pun memiliki kepercayaan diri bahwa setiap kecukupan rahmat, kesanggupan yang kami miliki berasal dari pada-Mu melalui Rahmat Roh Kudus dan Rahmat yang diberikan oleh Yesus pelayan dalam perjanjian baru. Perawan Maria, ibu Yesus dan ibu kami, pimpinlah kami dalam dan melalui retret ini. Engkau memikul banyak pencobaan dan jiwamu ditembusi sebilah pedang:berilah kesanggupan agar kami dapat memahami arti dari pencobaan-pencobaan yang kami alami sebagai manusia dalam perjuangan kami menjawabi  panggilan dan perutusan-Mu dan sebagai anggota  gereja masa kini.
Penemuan  Diri Seutuhnya Menjadi Jaminan Penyerahan diri secara Total
     Tujuan retret yang utama adalah mencari keheningan batin, merefleksi diri secara mantap untuk mengambil keputusan defenitif untuk maju pantang-mundur memasuki tahbisan diakon atau mengubah haluan hidup, dan berdoa mohon Allah mengubah kita menjadi lebih baik, lebih percaya diri dan dengan penuh iman, harap menyerahkan diri kepada tugas panggilan dan perutusanNya yang syarat dengan tantangan atau pencobaan.
Aspek yuridis yang tak kalah pentingnya adalah pemenuhan kanonik untuk keabsahan suatu tahbisan sebagaimana tertuang dalam kitab hukum kanonik kanon 1039:”Semua yang hendak menerima suatu tahbisan, hendaknya melakukan retret selama sekurang-kurangnya lima hari, di tempat dan dengan cara yang ditentukan oleh ordinaris; Uskup, sebelum menahbiskan, haruslah diberitahu bahwa para calon sudah melakukan retret dengan baik”.
Kita Butuh Keheningan
     Untuk melaksanakan retret ini dengan baik kita semua butuh keheningan untuk berbicara dengan diri sendiri seikhlas mungkin perihal kesanggupan – kelemahan kodrati yang dimiliki dalam relasinya dengan sesama manusia dan Allah sebagai jaminan dari pihak manusia atas penyerahan dirinya secara total kepada Allah. Suatu retret dikategorikan baik, bukannya terletak pada kehebatan pemberi/materi yang disajikan, melainkan pada kehebatan anda berdialog dengan diri seutuhnya dalam terang rahmat Allah sampai menemukan keaslian jati diri yang sesungguhnya, menemukan bantuan rahmat Allah, cita-cita hidup dan motifasi perjuangan setiap orang selama ini. Jagalah keheningan maka keheningan akan menjaga anda hingga menemukan apa yang dicari itu.
Manusia butuh waktu untuk menghening dan berkembang dalam keheningan. Menghening berarti mengisi diri, membentuk diri, membentuk suara hati untuk selalu tunduk dan taat kepada kehendak Allah, daripada tunduk pada kehendak dan keinginan pribadi. Ibarat bulir padi makin berisi makin runduk kepada hukum alam yang membentuk dirinya menjadi padi unggul memberi kualitas kepadanya sebagai padi yang akan tetap bermanfaat sepanjang hayat manusia dan bukan ilalang yang tak berguna dan karena itu bisa dicabut oleh yang empunya kebun itu sewaktu-waktu.
     Keheningan kita butuhkan untuk merefleksi diri secara tajam dan mengenal kehendak Tuhan dalam diri kita serta membuat kita sadar dalam mengambil keputusan secara bertanggungjawab kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada Tuhan dan seluruh gereja-anggota umat Allah. Kiranya kita masing-masing memberi bobot kepada perjuangan kita yang penuh tantangan selama ini untuk mencapai sukses dengan berpedoman pada sabda Yesus kepada para muridNya saat perjamuan terakhir:
Tema Retret:
” Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala Percobaan yang Aku alami” ( Lukas 22:28). Pernyataan Yesus ini disampaikan setelah para murid pilihanNya itu bertengkar di antara mereka  tentang siapakah yang dapat dianggap  terbesar di antara mereka (Lk.22:24).
     Di sini, pertengkaran ini menjelaskan ambisi-ambisi, ketegangan-ketegangan dan kecemburuan dalam kalangan kelompok murid Yesus sendiri. Yesus memanfaatkan situasi percecokan ini untuk mengajarkan prinsip kebenaran karya perutusan seorang murid pilihanNya dengan mengatakan, barangsiapa yang ingin menjadi terbesar haruslah ia menjadi pelayan, segera sesudah itu ia berkata lagi, kamulah yang tetap tinggal bersama Aku dalam segala Percobaan yang Aku alami”. Yesus tidak berilusi bahwa para muridNya itu sudah mencapai tingkat pendidikan maximum yang dituntut atau telah mencapai tingkat kekudusan yang  tinggi, tetapi bahwa dalam perjuangan menjadi Murid pilihan Yesus nampak adanya kesetiaan/ketekunan yang besar walau tak terlepas dari pengalaman gagal mencintai, membangun relasi harmonis dengan sesama dan Allah, jatuh dalam dosa yang sama, lemah dalam inisiatif dan semangat kerja, belajar dan mengabdi sesama atau dalam menunaikan tugas yang dipercayakan kepada setiap kita, serta kepicikan kita dalam menanggapi sesuatu secara proporsional.
     Dalam refleksi berikut saya mengundang anda untuk merefleksikan berbagai elemen dalam pernyataan Kitab Suci: Percobaan, Ketekunan dalam percobaan, Percobaan-Ku, Ketekunan/Kesetiaan bersama Aku.
    1. Kata Yunani”Peirasmos” sering ditemukan dalam Kitab-Kitab Suci.
Arti pertama yaitu, “suatu penyelidikan/pemeriksaan”, “suatu Percobaan”,: suatu usaha untuk menentukan kemampuan/kapasitas seseorang bagaimana caranya seseorang menjadi orang beriman, bertekun dan menjadi kokoh kuat dalam perjuangannya.
     Kitab Suci menambahkan dua arti kepada arti original dari Peirasmos yaitu: a) Godaan (Temptation) , yang adalah suatu hasutan/dorongan/perangsangan untuk berbuat dosa oleh suatu kekuatan yang membahayakan, atau atas suatu keadaan, oleh bahaya kecenderungan-kecenderungan yang timbul dari kejahatan di dunia. Kata yang menandakan pengertian yang benar dan tepat  mengenai godaan-godaan, yaitu terjalin erat dengan kehidupan manausia., b) Percobaan atau Pengujian ( Trial or Testing), yang dimaksudkan dan dialami oleh Yesus sendiri dan percobaan itu dapat berasal dari Allah. Yesus sedang menyinggung situasi-situasi  penderitaan/kemalangan(affliction) dan kesukaran/kesusahan(Trouble) yang sudah sering dan akan kita temui dalam hidup dan karya perutusan kita masing-masing. Hal ini tersusun, dalam bagian, perjalanan sabda itu dalam diri kita, sisipan/penempatannya dalam dunia hati manusia. Dalam perumpamaan tentang Penabur kita membaca, tentang benih-benih yang jatuh di atas tanah yang berbatu:” Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad” (Lk.8:13).
     Jadi ketika Sabda memasuki hati manusia, ia menjadi sasaran bagi percobaan. Matheus penginjil menceriterakan kepada kita bagaimana benih itu diuji:”  Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad” ( Mt.13: 20-21).
     Percobaan, Godaan, Kesukaran atau nama apa saja yang kita pilih untuk menyebutnya, adalah suatu peristiwa biasa dan sering terjadi dalam hidup manusia di dunia dan khususnya hidup orang-orang “Just”, baru saja,/ masih akan, yaitu mereka berjuang untuk semakin beriman kepada Allah, dan mencari/meminta/melamar untuk berjalan dalam panggilan dan perutusan seorang penabur di era globalisasi yang penuh pencobaan dan godaan menarik lainnya.
Read more...

Ojek

0 komentar
Salam dari Atambua.
Saya tergugah untuk membagikan secuil pengalaman dari Atambua. Bagi saya ini pengalaman pertama (bagi rekan rekan yang lain boleh jadi sudah biasa) yang sangat berkesan.

hari Senin: 13 Desember 2010 bertempat di Aula Paroki Hati Kudus Yesus Noemuti Keukupan Atambua, saya memfasilitasi "rekolesi bagi Para Ojek" se-paroki noemuti. Kegiatan ini pernah diprogramkan beberapa kali dalam kalender kerja paroki Noemuti...namun selalu gagal karna tak banyak peserta tukang ojek yang hadir.

Pastor Gerardus Salu, Pr dan John Paul Naben Pr, (Pastora Paroki dan Pastor Pembantu) tak kekuarangan cara untuk menghadirkan saudara saudara kita ini yang saban hari menelusuri semua bagian kota dan kampung karena panggilan tugasnya sebagai tukang ojek...Undangan dan himbauan untuk saudara saudara kita ini yang nota bene jarang bahkan tidak pernah mengikut perayaan Ekaristi hari Minggu ini dikemas dalam bentuk selebaran dengan rangkaian kata kata sebagai berikut:

HIDUP ANDA PASTI AKAN BERUBAH SETELAH ANDA MENDENGARKAN YANG SATU INI....

(membaca selebaran dengan rangkaian kata kata yang "provokatif: seperti di atas saya tersenyum dan berguman dalam hati...wah pastora paroki ada bakat beriklan hehehe)

Alhasil ada 59 orang tukang ojek yang setia dan tekun hadir dalam rekoleksi dimaksud, Hari itu semua orang yang lewat di depan Gereja Paroki tertegun menyaksikan sekian banyak motor ojek terparkir rapi di halaman gereja karena sang jokinya lagi duduk sopan dalam aula...tenang mengikuti seluruh proses dengan saksama. Ada banyak komentar dan senyum sinis yang dilontarkan orang orang yang lewat peristiwa langkah ini......

Saya sangat paham kenapa mereka sinis terhadap para ojek motor ini....saudara saudaraku ini sudah biasa dicap: orang orang "kafir", orang orang pembuat keonaran, orang orang yang cuman pentingkan uang uang dan uang, orang orang suka usil...bahkan ada yang sampai lancang bilang kumpulan orang orang suka usil dan pelancar aneka bentuk kejahatan di daerah ini...

Saya yang mendapat kehormatan menjadi pendamping kelompok ini berusaha sadapatmungking menjadikan mereka "at home" dan gembira mengahAdari sesi yang satu ke sesi yang lain (heheheh trims tuk team animasi SAGKI 2010 yang rela berbagi kekayaan hehehe). Dalam rekoleksi yang berdinamika pola proses ini kami bersama bergulat dengan thema "BERITA GEMBIRA BAGI PARA OJEK...!"

Berangkat dari bercerita tentang suka duka menjadi tukang ojek...tantangan dan pergumulan hidup sehari hari yang diungkapkan dalam berbagai gaya dan nada....menajdikan hari ini sungguh berahmat....ada senyum...ada tawa.....ada sorot keraguan.....ketidakpastian masa depan.....kecemasan hidup bahkan katakutan akan ketidakpastian hidup di hari esok.....
Saya tertegun menyaksikan sang ojek yang kekar...yang dikenal keras bahkan garang....terisak isak  berbagi pengalaman bagaimana ia merasa seolah ditusuk pisau tajam ketika ia pulang mendapati putrinya menangis karna demam tinggi dan seluruh ongkos kerja hari itu tak dapat membantu dia membawa putrinya ke puskesmas karena tak ada uang.....tidak ada uang bukan karena yang didapat sangat minim tetapi dia merasa bersalah dan frustrasi menghabiskannya dlm permaianan biliard dan kelereng sehabis ojek seharian dengan teman temannya.....dan ada serentetan cerita pilu lainnya.....

Bersama kami berlangkah perlahan namun pasti berntanya tentang siapakah dan dimanakah kami semua mencari penghiburan....banyak tertatih tatih....banyak yang jatuh.....ada yang terkapar....tergeletak....ada yang lari ke mabuk mabukan.....ada yang ke perjudian ingin cepat keluar dari belenggu ini....banyak yang hiburan semu dengan PSK.......dari kejatuhan yang satu ke kejatuhan yang lain...mereka malu malu tersipu dan dengan suara lirih akhirnya berseru...."saya berdoa kepada Tuhan....tapi malu ...takut.....karena saya ini orang berdosa...saya sudah lama tidak masuk geraja....saya sudah lama tidak mengaku...." semuanya senada....mereka sadar ada Tuhan....sayang Tuhan seolah dikesampingkan ketika deru motor dan panansnya berebutan penumpang merebut seluruh konsentrasinya setiap hari....ada yang bilang: "ketika sadar dari tidur dini hari saya berdoa dalam diam....Tuhan...dimanakah Engkau...sehingga saya hanya seperti ini?"....

Ketika saya bertahap bertanya entahkah mereka pernah berpikir atau terlintas dalam benak dan bayangan mereka seperti apakah wajah Tuhan dalam hidup mereka...wah....menarik untuk disimak:  Tuhan seperti wajah...romo yang marah marah......seperti guru agama yang teriak teriak.....seperti ketua kelompok yang hanya tagih uang derma aksi.....wah....perih mendengar celoteh gambaran Tuhan ini....namun ada yang malu malu bilang....wajah Tuhan macam putriku yang tersenyum ketika saya bawakan roti bakar.....putraku yang berlari mengejar gembira motorku yang sengaja aku perlambat lajunya....seperti romo A yang tak malu duduk bersama kami di pangkalan ojek berlama lama dan tertawa tertawa.....

Ah begitu banyak mutiara indah hari itu. Permenungan terus mengalir...catatan refleksi kritis banyak perlu dikaji...spontanitas dan keikhlasan untuk berbagidari saudara saudaraku ini mengusik aku untuk bertanya...Wajah Tuhan seperti apakah yang saya tampakkan bagi mereka? dan wajah Tuhan seperti apakah yang saya temukan dalam diri mereka? Saya temukan masih ada harapan...ada optimisme...ada sikap kritis...dalam krisis hidupnya.....ada dinamika perubahan menuju transformasi walau itu baru berkecambah.....


Ketika Upacara Tobat.....ah malu malu...satu dua tiga dan empat dan semua berlutut dan berucapa lirih: "Bapa yang baik...sudah lama saya tidak mengaku....dst...dst....dst.....ada yang lama diam....ada yang tergesa gesa...ada yang seakan sesak nafas....ada yang hanya memandang dinding dan langit langit ruang pengakuan...indahnya.....semua selesai sesuai jumlah yang hadir....

Mereka sadar ada adventus....mereka sadar akan ada Natal....yang pasti mereka bilang tahun ini mereka merasa ada sesuatu yang baru....dan kami berjanji dan berkomitment untuk bertemu lagi di tahun baru tepatnya tgl 8 januari 2011 untuk merayakan ekaristi tahun baru dan berbicara bersama tentang banyak hal....terisitimewa tentang program program bersama dan tak menutup kemungkinan untuk membicarakan peluang dan harapan sekirannya ada tawaran atau peluang untuk mengikuti program pelatiahn - magang dan sejenisnya untuk bertahap dan perlahan membantu mereka berpaling dari Ojek yang tak tentu menuju kepemilikkan ketrampilan untuk hidup yang lebih bermutu sekecil dan sesederhana apapun itu....

Untuk itulah ...
Entahkah diantara sama saudara/i ada yang tahu/mengenal instansi/lembaga yang mengadakan pelatihan gratis atau dengan biaya terjangkau atau malah mengadakan paket pelatihan sederhana ketrampilan wirausaha.....apa saja.....bengkel/montir/mebel/peternakan/pertenian..dan apa saja yang cocok untuk saudara saudara kita ini......sangat saya butuhkan....saya berdoa semoga saya diberi kekuatan dan kebijkasanaan untuk berkomitment terus mendampingi mereka sesuai janji saya kepada mereka....diberi sahabat sahabat yang peduli dan mau bergabung.....dan pemerhati yang memberi usul saran dan apa saja untuk memulia satu hal kecil yang masih jauh dan belum berbentuk ini....

Satu hal yang saya rasakan dari pertemuan ini.....mereka gembira dan bahagia pada akhirnya mereka tahu ada orang yang peduli dengan mereka......ah kegembiraan mereka yang spontan terungkap dalam parade/konvoi saudara saudara ojek ini menghantar saya kembali ke rumah hahahaha banyak umat terkejut melihat pawai ini....pak polisi terbengong bengong dengan arak arakan 59 motor sepanjang jalan.....dalam kebisingan konvoi motor yang panjang menuju rumahku...saya ingat peristiwa 11 tahun lalu ketika saya ditahbiskan imam....dan sebagai imam baru diarak dengan konvoi serupa....saya hanya bisa berdoa dan berguman dalam hati mengumandangkan sekali lagi moto tahbisanku: "AKU INI HAMBA TUHAN...TERJADILAH PADAKU MENURUT KEHENDAKMU!"...

Sobat sekalian: Selamat Natal 2010 dan Selamat Tahun Baru 2011

Saudaramu:
Rm. Yance Laka, Pr.
TOR Lo'o Damian Emaus - Atambua
Belu - Nusa Tenggara Timur


Read more...

Ceramah Kerukunan antar Umat Beragama

0 komentar
Kalau kepada kita ditanyakan, karakter atau kepribadian atau kebiasaan apa yang bisa dihubungkan dengan bangsa Jerman maka beberapa istilah ini akan nampak ke permukaan
• (ketepatan waktu) Puenktlichkeit
• (Pemikiran Filosofis) Philosophie
• (Kesenian klasik) Klassische Kusnt
• (Kebersihan) Sauberkeit
• (Inovasi atau penemuan baru) Innovation
• (Menikmati/senang dengan pekerjaan) Erfuellung durch Arbeit
• (Individualisme) Individualismus
• (Perempuan yang mandiri) Unabhaengige Frauen
• (Efektivitas) Effektivitaet
• (Sadar/Pelestarian/penyelamatan Lingkungan Hidup) Umweltschutz
• (Area khusus buat pejalan kaki = Trotoar yang bagus) Fussgaengerzonnen
• (Kejujuran) Ehrlichkeit
Kalau orang Tanya tentang kita orang Belu, identitas apa yang bisa kita hubungkan dengan orang Belu Kita Jawab apa??
Dialog Kehidupan:
Dialog macam apa yang perlu dikembangkan? Dialog kehidupan beragama. Dialog kehidupan beragama tidak pertama-tama berpangkal dari dogma, tetapi berangkat dari praksis kehidupan bersama. Dogma adalah ranah privat masing-masing agama. Sementara kehidupan beragama adalah ranah publik, di sana terjadi perjumpaan dengan penganut agama lain. Dialog kehidupan beragama tidak sama dengan diskusi tentang kesamaan dan perbedaan agama tetapi usaha untuk mengerti, memahami dan menerima lawan dialog kita sebagai pribadi utuh dengan segala aspek historis, psikologis, sosiologis, spiritualitas dan iman kepercayaannya.
Dialog kehidupan beragama adalah dialog antara dua penganut agama yang saling mengekspresikan iman mereka. Untuk itu butuh iman yang mendalam. Jika iman setengah-setengah, memang terjadi dialog tetapi bukan dialog kehidupan beragama. Dialog kehidupan beragama menuntut hadirnya sosok muslim tulen, kristen tulen, hindu tulen atau budha tulen. Agama yang meraga dalam diri mereka itu yang dikomunikasikan.
Dari sejarah, kita bisa bercermin pada Charles De Foucauld (1858-1916), seorang misionaris Prancis yang hidup sendiri di antara umat Islam Algeria di Afrika. Dia bergaul, bersahabat dan tinggal diantara mereka. Dia bekerja bagi mereka, menulis kamus tuareg-prancis dan prancis-tuareg. Ia membangun persaudaraan dan menjadi bagian dari masyarakat dan budaya mereka. Sebagai seorang misionaris ia harus berkhotbah, tetapi ia tidak mau berkhotbah dengan kata-kata. Ia berkhotbah dengan hidupnya. Sebagai seorang kristen tulen ia menghadirkan cinta kasih pada semua orang, tak terkecuali pada umat Islam, namun sayang karena fanatisme dangkal, salah satu dari mereka berkhianat dan membunuhnya. (René Bazin, 2005:477-499)
Ia memahami dialog sebagai sebuah misi untuk memberi kesaksian, mengomunikasikan kehidupan iman kristiani, yang dipelajari, dipercayai, diimani dan dihidupi dari hari ke hari. Dalam biografinya (Carnets de Tamanrasset) ia menulis: “Misi saya adalah berbuat baik dengan siapa saja. Dengan melihat saya, orang harus berkata: Orang itu sungguh baik hati, tentu agama dia juga baik. Jika seorang bertanya, kenapa anda begitu baik hati, saya harus menjawab, karena saya seorang pelayan dari seorang yang jauh lebih baik daripada saya. Jika anda ingin mengetahui siapa dia, Guru saya adalah Yesus”. (Ch. De Foucauld, 1986: 188).
Sudah saatnya dialog agama menjadi dialog kehidupan beragama bukan agama yang dikomunikasikan tetapi praksis kehidupan beriman yang didialogkan. Untuk itu ada beberapa kondisi atau syarat berlangsungnya dialog:
Pertama, kematangan iman yang merupakan syarat mutlak. Tanpa kematangan iman tidak ada dialog kehidupan beragama. Bisa saja terjadi dialog agama, tetapi hanya terbatas pada diskusi atau bertukar pikiran tentang agama. Dalam konteks dialog kehidupan, substansi dan media dialog bukan hanya kata-kata tetapi seluruh kepribadian orang beriman. Kata-kata hanya sebagian saja dari kepribadian orang beriman, masih banyak aspek lain yang bisa didialogkan.
Kedua, kerendahan hati. Semakin matang iman seseorang, seharusnya dia semakin rendah hati. Kerendahan hati bukan berarti mengalah, tetapi sebuah kerelaan mengakui keberadaan orang (agama) lain, tidak menganggap diri (agama) sendiri, satu-satunya hal paling penting. Kerendahan hati berarti berani memberi tempat, kesediaan menghormati dan menghargai orang (agama) lain. Kesombongan adalah racun bagi dialog kehidupan beragama.
Ketiga, mau belajar dan menerima perbedaan. Kelemahan mendasar kita adalah tidak mau mempelajari agama lain. Bahkan beberapa pendapat mengatakan bahwa hal itu tabu dan membahayakan imam kita. Ketidaktahuan kita menjadi sumber kecurigaan pada agama lain. Kecurigaan ini meracuni proses dialog kehidupan beragama. Kelemahan mendasar lain adalah tidak mau menerima perbedaan. Ini konyol sebenarnya, karena setiap manusia itu pada dasarnya tidak sama tapi berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan keyakinan adalah keniscayaan yang harus diakui dan diterima.
Keempat, memurnikan iman. Tujuan dari dialog kehidupan beragama, tidak saja untuk membangun sebuah masyarakat pluralis. Raimon Panikkar, seorang pakar dialog dari India, dalam bukunya L’incontro Indispensabile: Diologo delle Religioni, memaparkan bahwa dialog antar agama mempunyai kontribusi untuk memurnikan agama dan atau iman pemeluknya (Pannikar, 2001: 59-64). Dengan kata lain dialog kehidupan beriman hendaklah mematangkan iman kita. Iman dan agama kita akan kelihatan unik dan khas di hadapan iman dan agama orang lain. Di sanalah kita dipanggil untuk mengekspresikan dan mendialogkan iman dan agama kita.
Kelima, kontinuitas. Unsur lain yaitu kontinuitas, amat dibutuhkan dalam dialog kehidupan beragama. Dialog ini harus dihidupi dari hari ke hari bukan hanya di meja-meja diskusi tetapi dalam praksis kehidupan bermasyarakat. Panikkar menggarisbawahi bahwa dialog kehidupan beragama adalah proses yang tak pernah berakhir, merupakan bagian dari kehidupan manusia sendiri. (Pannikar, 2001: 72). Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang plural, kontinuitas dialog tidak bisa dihindarkan. Dialog kehidupan beragama merupakan proses beriman sekaligus mengomunikasikan proses itu pada orang (agama) lain. Sebagaimana beriman merupakan proses terus menerus demikian juga dialog merupakan proses mengomunikasikan diri dalam jaringan pluralitas kehidupan beragama.
Demikianlah, dialog kehidupan beragama tak lain dan tak bukan merupakan proses pendewasaan dan pematangan iman kita masing-masing di tengah-tengah orang beriman lain.  Semoga. (http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/23/dialog-agama-dialog-kehidupan/)
Kontex Keuskupan Atambua:
Visi: “berpendidikan kristiani, berbudaya kreatif, mandiri dan sejahtera dalam terang Sabda Allah
Missi:Meningkatkan taraf hidup umat lewat pengembangan ekonomi berbasis iman.
Stategi: Pengembangan pastoral pemberdayaan   ekonomi berbasis umat dan sistem/tata kelola keuangan yang transparan, akuntabel dan profesional

Read more...

Minggu, 19 Februari 2012

BERITA PASTOR

0 komentar

PRAKATA
Hujan deras mengguyur Rumah Pastoral Emaus Atambua tak henti hentinya hari - hari ini. Deru angin  yang sekian keras dan dingin begitu menusuk. Listrik di Rumah Pastoral Emaus Atambua pun seakan tak sersahabat: seringkali padam. Keadaan alam yang tak bersahabat ini ternyata tak menyurutkan semangat para romo muda (0-10 thn imamat) Keuskupan Atambua  (KA) yang bergabung dalam kelompok  pengembangan /pemberdayaan diri minat bakat “JOHN PAUL II” yang sedang mengikuti Workshop  dalam bidang  “Event Organizer dan IT” tanggal 11-14 Januari 2011 di rumah pastoral ini.
Kelompok minat bakat Imam muda KA  “John Paul II” ini lahir dari rahim “Program On Going Formation Imam Projo (OGF) Keuskupan Atambua” yang diprakarsai Uskup Atambua dalam rangka memaknai Tahun Imam 2010. OGF Imam KA dimaksud   berlangsung dalam 2 gelombang (Gelombang I. Usia Imamat 0-5 thn: Tanggal 26 April – 01 Mei 2010 dan Gelombang II:  Usia Imamat 6-10 tahun: Tanggal 26-31 Agustus 2010). Setelah mengikuti OGF, para romo peserta program OGF ini bersepakat untuk melanjutkan proses pemberdayaan diri dalam satu kelompok yang lebih terorganisir dan terprogram secara baik, agar lebih maksimal memfasilitasi pengembangan diri, minat dan bakat para romo muda ini. Maka lahirlah kelompok John Paul II yang memfasilitasi kelompok imam yang berminat pada “Event Organizer dan IT”, Pastoral Pertanian, Pastoral Peternakan, Pastoral Perikanan, Pastoral Media Tulis/Elektronik, dan Pastoral Seni Musik dan Tari.
Workshop  ini dikemas dalam bentuk semi Traning for Trainers dengan metode pendekatan pola proses. Para romo sambil belajar ketrampilan pengolahan diri juga belajar mempersiapkan diri menjadi fasilitator-fasilitator handal, yang dibekali dengan kemampuan memanfaatkan teknologi/komputer untuk satu pewartaaan dan pastoral yang lebih mengena dan menyentuh.
HARI PERTAMA:  HARI PENGOLAHAN DIRI.
Para imam muda belajar metode pengolahan diri (“On Job Training”) sekaligus berproses untuk mengalamanya (“fisrt hand experience”). Pengolahan Diri  ini mengusung topik  yang unik meminjam pernyataan pernyataan populer dari beberapa ahli pengolahan diri.
Topik I:  Where Have You Been So Far?”
Dalam sesi ini para romo dituntun untuk mengevaluasi diri secara jujur dengan berpedomankan hasil-hasil Program OGF setahun yang lalu. Para romo dalam semangat ugahari tampil apa adanya men-sharing-kan pengalaman hidup setelah OGF bersama. Entahkah rekomendasi-rekomendasi/resolusi-resolusi OGF itu ditindaklanjuti dalam hidup harian pribadi dan tugas pastoral serta dalam tugas hidup sebagai seorang anak manusia? Untuk memudahkan proses ini para romo diarahkan dengan beberapa pertanyaan penuntun terstruktur yang saling  menjelaskan.
Topik II:  “Are Fit for 2011?
Berbekalkan hasil “menukik ke dalam diri dan pengalaman hidup” di sessi pertama, para romo dibantu untuk membuat satu bentuk assesment diri yang jujur dan berprospek: apakah para romo siap untuk hidup di tahun 2011 ini, setelah melewati tahapan eforia pergantian tahun dan tahun baru yang sering kali menjebak para romo dalam kesibukkan ini dan itu dan “lengah” mempersiapkan diri secara benar untuk satu kehidupan yang lebih bermutu? Dalam sessi ini para romo dihadapkan pada rentetan pertanyaan refleksi yang menguji kebenaran/kejujuran menjawab pertanyaan refleksi di sessi terdahulu, karena proses di sessi kedua ini untuk menikdaklanjuti realitas diri yang mereka temukan pada proses sebelumya.
Topik III: “Getting Out From My Box
Mempelajari dan membandingkan hasil pergumulan sessi pertama dan sessi kedua, para romo dituntun untuk mencermati perulangan pilihan/kebiasaan/sikap/perilaku pribadi  yang tidak effektif dan meruntuhkan integritas diri sebagai imam serta memiskan kemampuan/ketrampilan/bakat pribadi dalam hidup dan pelayanan pastoral. Menarik untuk menyimak realisasi diri para romo yang pada umumnya mengamini bahwa: para romo “belum berani bahkan terkesan takut untuk bermimpi dan bercita cita besar” dalam hidup dan karya pastoral, dan yang lebih memprihatinkan adalah dalam hidup sehari hari dan dalam tugas pastoral para romo memasukkan diri dalam “box – box” bikinan sendiri. Hasil dari pemahaman seperi ini: hidup para romo muda menjadi monoton, gersang, tak menggairahkan, dan penuh intrik baik dalam tataran hidup pribadi pun dalam kehidupan komunitas para imam, serta dalam hidup bersama umat. Para romo dituntun untuk menidentifikasi “box box” apa saja yang merupakan “penjara” hidupnya selama ini.
Topik IV: “My Resolutions and Programs for 2011”
Setelah satu proses pergumulan dan pengolahan diri yang panjang, para romo belajar membuat resolusi pribadi yang benar dan perlu. Resolusi ini merupakan kristalisasi proses pengolahan diri hari ini, berdaya transformatif, berprospek, dan bisa dilaksanakan dalam hidup sehari hari dengan mudah. Dalam sessi ini juga para romo ditantang untuk membuat draft perencanaan hidup pribadi selama tahun 2011.
Seluruh proses hari ini ditutup dengan satu permenungan dan refleksi bersama untuk memaknai filosofi workshop ini: “The point of creativity is to express and challenge yourself, to make meaning, to embrace your life (Peggy Orenstein)
HARI KEDUA: HARI DINAMIKA KELOMPOK : TEORI DAN PRAKTEK!
Hari kedua ini para romo membaharui/menyegarkan kembali pengetahuan dan pemahaman bersama dan benar tentang “KEKAYAAN DINAMIKA KELOMPOK” yang selama ini dipahami secara sempit malah ada kesan memiskinkan kekayaan “dinamika kelompok” hanya pada sebatas satu bentuk permainan.  Pada sessi ini para romo disegarkan lagi dengan in put tentang kekayaan dinamika kelompok. 
Secara khusus kepada romo diberi pemahaman dan satu simulasi sederhana tentang bentuk dinamika kelompok “Structure Learning Experiences/Experience Learning Cyrcles: Peroses pembelajaran terstruktur” bentuk dinamika kelompok yang dipakai dalam program OGF Imam muda KA tahun 2010.
Setelah mendapatkan in put, para romo dibagi dalam kelompok untuk mendalami bahan in put dan ditantang untuk menciptakan model model permainan dinamika kelompok berdasarkan kategoti kategori permainan yang telah dipelajari. Para romo juga ditantang untuk menyusun satu model pendampingan untuk kategori Siswa/i SD, Siswa/i SMP, Siswa/i SMA, Orang Muda Katolik, dan Orang Dewasa. Sore hari kedua ini adalah sore simulasi dari 5 kelompok romo romo muda yang sungguh sungguh mempersiapkan bahan bahan pendampingan dengan mengusung Thema APP KA 2011: “MENATA KESEJATIAN HIDUP DALAM PERWUJUDAN DIRI”
Hari kedua workshop ini ditutup dengan satu permenungan bersama, membahas butir butir hasil analisa profil kepribadian para Imam Keuskupan Atambua yang dirangkum pada Acara Tahunan Evaluasi dan Perancanaan Program Pastoral Keuskupan Atambua 2010/2011 pada tgl 21-26 November 2010. Butir butir analisa dimaksud diantaranya:
1.      Secara perorangan para Imam KA memiliki pengetahuan/ketrampilan/sikap pastoral yang memadai.
2.      Secara kolegial/komunitas Imam KA: kualitas/keunggulan para Imam KA belum nampak/belum maksimal ditunjukkan.
3.      Kolaborasi-kerjasama dan “manegement of differences” di kalangan Imam KA mendesak untuk dilakukan.
4.      Pada saat/situasi sekarang ini, komunitas Imam KA seperti “raksasa” yang sedang tertidur pulas maka “raksasa” ini segera dibangunkan.
5.      Para Imam KA perlu belajar membangun kultur berkompetisi secara kreatif dan konstruktif.
6.      Para Imam KA perlu rendah hari bersama membudayakan kultur “mentorship
7.      Kerjasama kaum berjubah dan awam: kekuatan ajaib yang belum maksimal diexplorasi dan kekuatan kerjasama keduanya yang berdaya transformatif belum nampak dalam kehidupan menggereja di KA.
Sessi rangkuman ini mengkristal dalam satu pembaharuan komitment bersama para romo muda:   “TOGETHER WE ARE MAKING THE GIANT LEAP”
HARI KETIGA: HARI PELATIHAN KETRAMPILAN IT/MULTI MEDIA
Mengisi hari ketiga ini, pada sessi pertama, para romo dituntun untuk membuat program hidup pribadi di tahun 2011 dengan menggunakan pendekatan “MENTAL ROAD MAP FOR 2011”. Secara perlahan dan bertahap para romo belajar untuk mengalami dan memaknai proses “mental road map” yang merupakan kecambah dari apa yang sekarang dikenal dengan “berpikir visioner”.
Sessi kedua dan Ketiga hari ini diisi dengan pelatihan ketrampilan membuat video Clip dengan foto dan Video Clip dengan gambar bergerak/film hidup. Para romo muda begitu antusias dalam pelatihan pembuatan vidoe klip ini. Hari pelatihan berlansung seru. Para romo dengan suka cita mengoperasikan lap top dan “bermain main” dalam proses pembuatn video clip sederhana yang menggunakan program “Corel Video Studio”. Ada romo yang cepat dan cekatan, ada romo yang tertatih-tatih mengaplikasikan intruksi dari fasilatotor pelatihan ini. Para romo muda keliahatan sangat bergembira dan bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diinstruksikan oleh fasilitator. Para romo seperti mendapatkan mainan baru yang akan dibawa pulang ke tempat tugas masing masing. Para romo mudapun berikhtiar akan terus belajar dan bertanya untuk memahirkan diri dalam membuat video clip untuk menunjang tugas pastoral mereka sehari hari.
PENUTUP
Workshop perdana para romo muda yang bergabung dalam Kelompok minat/bakat “JOHN PAUL II”  adalah buah Program OGF KA. Kelompok ini hadir sebagai satu bentuk kerja sama,salah santu model solidaritas yang saling memberdayakan dalam semangat kolegialitas rekan rekan imam muda usia imamat 0-10 tahun. Hal yang patut dicatat, seluruh biaya workshop adalah swadaya murni, hasil patungan para romo muda ini. Para romo muda secara sadar atau tak sadar, telah merintis dan mencatatkan pada lembaran OGF Keuskupan Atambua, apa artinya bersaudara dalam Imamat yang saling memberdayakan dan menyelamatkan.
Kegiatan Workshop perdana para imam muda ini sudah berakhir. Banyak sharing para romo muda yang mengapresiasi keseluruhan penyelenggaraan workshop, berikut proses-proses yang berlangsung selama workshop. Hasil dari workshop ini masih harus kita nantikan dalam hari-hari di tahun 2011. Para imam muda berbangga karena genderang pembelajaran sudah ditabuh dan proses pemberdayaan diri inisiatif para imam muda sendiri, telah diretas. Api kesadaran telah disulut seiring ajakan Uskup Atambua Mgr. Dominukius Saku, Pr, untuk menghidupi pola pikir baru...terlibat dalam “pastoral – revolusi perubahan pola pikir – revolusi perubahan “mind set”.
Secara pribadi saya sebagai imam medior di Keuskupan Atambua bergembira sekaligus berbagga dipilih oleh romo-romo muda ini sebagai fasilitator/pendamping mereka selama workshop. Saya berbahagia boleh memberi apa yang saya miliki. Saya bagikan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas dalam seluruh proses workshop. Saya sadar bahwa kepercayaan dari yunior-yunior saya ini juga  merupakan tantangan bagi saya untuk terus meng-upgrade-kan diri, berdiri sebagai contoh dan teladan, rendah hati untuk belajar bekerja sama dengan mereka, sekaligus sebagai pendukung mereka dalam memaknai hari hari hidup dan dalam tugas tugas pastoral sebagai Imam projo di Keuskuapan Atambua yang kami cintai. Terima kasih kepada Bpk. Agustinus Asit  Un dan Bpk. Frido Sirebein dari Dinas Perhubungan-Komunikasi dan Informatika (Dinas PKI) Kabupaten Belu, yang begitu berdedikasi dan sabar mendampingi para romo muda dalam sessi pelatihan ketrampilan membuat video clip.
Hari--hari workshop ini diawali dengan Ibadat Pagi dan Misa Pagi bersama menimba dan memohon kekuatan dan perlindungan Dia yang telah memanggil - mengutus imam – imam milik pusakaNya. Bersama Tuhan, bersama rekan rekan imam muda KA, dan dalam nama Tuhan kami sekali lagi memaklumkan yang satu ini: :  “TOGETHER WE ARE MAKING THE GIANT LEAP”. Semoga Dia yang telah memanggil dan mengutus kami memampukkan kami semua untuk tugas perutusan yang dipercayakan kepada kami...dan berkenan menyempurnakannya sesuai kehendakNya. Thanks God You Are Boss!
Rangkuman dan Laporan dari  Emaus Pastoral Center (EPC) Keuskupan Atambua
Rm. Yance Laka, Pr.
Tahun Orientasi Rohani Lo’o Damian Emaus Atambua
http.noemuti.wordpress.com
hp. 081 353 700 176

Read more...

Pastoral Pastor

0 komentar

                                             CINTA KASIH PASTORAL


PENDAHULUAN:

Romo Deken, para Romo, Pastor, suster dan Frater yang saya hormati, tanggal 18 Januari Lalu, ketika pagi-pagi benar saya bersama romo Oktovianus Naif mendatangi romo deken dalam perjalanan dari Noemuti melalui jalur Bijaepasu kembali ke Kupang karena malam itu turun banjir. Tujuan romo Okto yakni membatalkan permintaan romo deken yang ditujukan kepadanya sebagai pemberi rekoleksi untuk para romo dan pastor –suster saat ini. Spontan tugasnya itu ditawarkan kepada saya. Saat itu hendak menolak pengalihan tugas ini karena bahan ujian hingga saat ini belum selelsai diperiksa. Tetapi karena terdorong oleh rasa kerekanan dan cinta kasih pastoral saya berusaha untuk datang apa adanya saya saat ini di tengah-tengah saudara-saudari seperjuangan dalam Kristus.
Bagiku saat ini/rekoleksi dan temu pastoral ini adalah kesempatan yang tepat untuk kita bertemu dan menimba kebenaran, dan kekuatan serta inspirasi baru dalam mengemban tugas-tugas pelayanan dan pengabdian kita sebagai imam-imam Tuhan dan suster-puteri-puteri terkasih Maria yang Trinitaris di tengah-tengah masyarakat. Bila hari-hari hidup dan karya kita tanpa kembali kepada Tuhan  dalam suatu kesunyian diri yang mendalam dan mempribadi dengan Allah, maka cepat atau lambat kita akan mengalami kesendirian yang hampa, tanpa makna persaudaraan sejati dengan Allah dan sesama rekan secita-cita dan seperjuangan. Kita akan mengalami disorientasi hidup dan karya. Sebaliknya bila kita kembali dalam suasana kesendirian yang indah dengan Tuhan dan dalam  kepuasaan rohani yang kita timba dari kebersamaan kita tanpa keterbukaan dalam pengabdian kepada umat Allah yang dipercayakan kepada kita dapat merupakan pengalaman Tabor dan Yerusalem.
Kebenaran dan kekudusan hidup yang kita miliki dalam dan melalui karya pastoral di tempat tugas sesungguhnya harus berpolakan”keaktifan dalam dunia” berlandaskan “keaktifan dengan Tuhan”, actio in contemplation et contemplatio in actio.  Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal” (Yoh.6:68). Yesus sang Guru, Tuhan dan Penyelamat kita memiliki pola hidup yang khas dalam karya pastoral-Nya. “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawan-nya menyusul Dia. Waktu menemukan Dia, mereka berkata:”Semua orang mencari Engkau,.” Jawab-Nya, Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang. Lalu pergilah ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan (Mrk.1:35-39).
Doa adalah sumber dan motivasi karya. Doa bukannya qua doa namun berwujud pengabdian. Interaksi dan intersepsi antara doa dan karya merupakan dialektisme hidup dan karya Yesus. Keduanya saling mencipta dan memperkaya satu sama lain. Bdk.Mrk.6:30-44., Mt.14:13-21 dan Lk.9:10-17.  Bertolak dari alasan penerimaan tawaran pengalihan tugas tersebut, saya coba memberi tema rekoleksi kita sebagai berikut:”CINTA KASIH PASTORAL’.
Tema ini tentu menggelitik dan mendorong kita untuk mengajukkan beberapa pertanyaan refleksif seperti: apa itu cinta kasih pastoral? Suatu pastoral yang bermotifkan cinta kasih, yaitu kasih kepada Tuhan dengan segenap hati dan kasih kepada sesama seperti kepada diri sendiri?(Mt.22:37-37). Manakah bentuk-bentuk pelayanan pastoral yang adalah hasil buah dari cinta kasih? Tindakan-tindakan dan perbuatan manakah yang bernafaskan cinta kasih? Apakah selama ini kita memang bekerja dan sibuk mengurus lembaga dan paroki dengan motifasi cinta kasih atau cinta diri—cinta bakat? Apakah kita memiliki motivasi primer atau sekunder dalam melaksanakan karya pastoral kita?
Tema Cinta Kasih Pastoral mempertanyakan bukan saja motivasi pastoral kita tetapi juga mempertanyakan bagaimana cara, etika dan efektivitas pastoral kita? Sebetulnya tema ini mempertanyakan dan merefleksikan secara lebih mendalam spiritualitas-kerohanian, moralitaas, etika dan praksis pastoral kita.
Kiranya tema ini membantu kita untuk membaharui diri dan merekonstruksikan kembali pola hidup dan tugas-tugas pelayanan pastoral kita, sebagai suatu perwujudan dari hakekat kita sebagai frater, suster, bruder dan sebagai imam, nabi dan gembala.
Jawaban yang tepat yang dapat kita berikan atas pertanyaan -pertanyaan, sekaligus tantangan yang tercantum dalam tema cinta kasih pastoral, dapat kita temukan dalam Ensiklik Paus Yohanes Paulus II”ECCLESIA DE EUCHARISTIA’ yang dialamatkannya kepada para imam dan diberlakukan sejak hari Kamis Putih 2003. Permenungan kita seputar Cinta Kasih Pastoral perlu mendapat Landasan dan orientasinya dalam Ensiklik ini dan dalam surat Sri Paus Yohanes Paulus II kepada kita para imam pada hari kamis putih 2004 lalu.
ECCLESIA DE EUCHARISTIA
= Sri Paus Yohanes Paulus II menggarisbawahi pandangan Konsili Vatikan II bahwa “Gereja menimba hidupnya dari Ekaristi Kudus”. Dalam bahasa Konsili, khususnya dalam Lumen Gentium no.11 tertulis”Korban ekaristi adalah sumber dan puncak hidup kristiani.”  Mengapa demikian? “Karena di dalam ekaristi kudus tercakuplah seluruh kekayaan rohani gereja, yaitu Kristus sendiri paska kita dan Roti hidup, yang karena daging-Nya yang dihidupkan oleh Roh Kudus dan menjadi sumber kehidupan, mengaruniakan kehidupan kepada manusia (PO.no. 5). Di dalam Sakramen Mahakudus, Sakramen Altar, gereja menemukan manifestasi dirinya secara penuh dan utuh dari Allah yang tidak terbatas, pada waktu perjamuan terakhir, “in the Upper Room= di ruangan Atas”, Yesus mengambil roti, memecah-mecahkan roti itu lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya seraya berkata: “Ambillah ini dan makanlah, inilah tubuh-Ku yang akan diserahkan/dikurbankan bagi kamu” ( Mt.26:26; Lk.22:17; 1 Kor.11:24). Kemudian Ia mengambil piala yang berisi anggur dan berkata lagi:”Ambillah dan minumlah, inilah piala darah-Ku darah perjanjian baru dan kekal, yang akan ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku” ( Mt. 26:27; Lk.22:20; 1 Kor. 11:25). Di dalam Sakramen Mahakudus, ada identifikasi total dan mutlak dari diri Yesus dan karya-Nya.
= Misteri Ekaristi adalah juga misteri Paska. Gereja lahir dari misteri Paska, sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Gereja perdana telah mengalami dan bertekun mengahayati misteri paska Kristus ini:”Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” (Kis. 2:42). Setiap kali kita memecahkan roti kita merayakan ekaristi  kudus secara  rohani kita pun”Kembali memperingati” Rahasia Paska-Rahasia Kamis Putih-Rahasia Perjamuan Tuhan-Rahasia Getsemani ( Lk.22:24=”Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah.”)-kita kembali memperingati Rahasia Golgota(salib dan kematian) sebagai tebusan bagi kita. “ Kristus sebagai imam besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang.... telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembuh, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri“ (Ibr.9:11-12). Walaupun mendapat tantangan dan kesukaran yang besar, Yesus tidak melarikan diri-Nya dari nasib-Nya dan dari saat-Nya.“ Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapak, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak! Sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini“ ( Yoh.12:27).  Kegelisahan Getsemani adalah awal kegelisahan salib hari jumat agung.
= Perayaan Ekaristi adalah perayaan salib sekaligus perayaan kemuliaan kebangkitan Kristus.  Inilah rahasia pengakuan iman kita. „ Yang disalibkan wafat dan dimakamkan, yang turun ke tempat penantian, dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.“Syair-syair Nyanyian Paska, selalu berbunyi, Kristus telah bangkit alleluia.  Dalam perayaan ekaristi khususnya pada bagian anamnese para imam selalu mengatakan „Inilah Rahasia Iman kita“ atau  imam selalu mengajakumat beriman“ Marilah kita menyatakan iman kita“ dan umat selalu menyambut ajakan tersebut dengan seruan“ Wafat Kristus kita maklumkan, kebangkitan-Nya kita muliakan, kedatangan-Nya kita rindukan“, pada saat itu gereja sesungguhnya menunjuk kepada Kristus dalam rahasia penderitaan dan rahasia kebangkitan-Nya., dan sekaligus gereja mengungkapkan rahasianya sendiri yakni „Ecclesia de Eucharistia“+ Gereja hidup dari Ekaristi. Di dalam Ekaristi Kudus, Yesus Kristus mempercayakan kepada Gereja-Nya kehadiran abadi dari Rahasia Paska.
= Gereja sesungguhnya menimba hidupnya dari Kristus dalam Ekaristi kudus. Oleh-Nya gereja dihidupi, diterangi dan dicerahi. Ekaristi kudus itu adalah Suatu Rahasia iman dan suatu rahasia penerangan atau pencerahan. „Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka mengenal Dia“ ( Lk.24:30-31).
Dalam Ensiklik Ecclesia de Eucharistia, sri Paus membagikan sebagian pengalaman pribadinya tentang rahasia ekaristi kudus. Sebagai imam, uskup dan sebagai pengganti Rasul Petrus/sebagai Paus, ia telah merayakan Ekaristi kudus di gereja paroki Niegowic, di gereja st. Florianus Cracow, di katedral Wawel Cracow, lalu di basilika st. Petrus Roma dan dibeberapa basilika dan gereja di seluruh dunia tempat ia berkunjung. Pengalaman merayakan ekaristi kudus di berbagai tempat ini telah memberikan kepadanya satu pengalaman yang luar biasa indah dan menarik serta sungguh dahsyat tentang „Karakter universal-karakter kosmik“ dari ekaristi kudus. Sebab di manapun ekaristi dirayakan, entah di atas sebuah altar sederhana, di daerah pedalaman, Ekaristi kudus atas satu cara yang sama dirayakan di atas „Altar bumi- altar dunia“ ! Dengan demikian Ekaristi Kudus merangkul dan meresapi semua ciptaan/alam semesta menjadi sebuah realitas- Putera Allah menjadi manusia untuk memulihkan segala ciptaan.
= Sri Paus menganjurkan partisipasi yang setia dari umat beriman dalam prosesi sakramen Mahakudus pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus/Corpus Christi dan supaya praktek-praktek adorasi sakramen Mahakudus tidak boleh ditinggalkan.  Beliau menekankan bahwa terkadang ditemukan peredusiran yang ekstrim terhadap makna sakramen Mahakudus sebagai satu rahasia iman. Ekaristi hanya dirayakan sebagai satu perjamuan persaudaraan, dan makna korbannya ditinggalkan/ditanggalkan.
Pada bagian penutup/kesimpulan dari Ensiklik ini sri Paus menegaskan bahwa setiap komitmen kepada kesucian/kekudusan, setiap aktivitas/kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan misi gereja, setiap perencanaan pastoral harus menimba kekuatan yang dibutuhkannya dari Ekaristi Mahakudus dan sebaiknya diarahkan kepada rahasia tersebut sebagai puncaknya.  Beliau menandaskan bahwa di dalam Ekaristi Kudus kita menemukan Yesus Kristus, kita memperoleh korban penebusan-Nya, kita mendapat rahmat kebangkitan-Nya, kita menerima kurnia Roh Kudus, kita menerima dan merasakan Cinta Bapak yang hendak dilanjutkan dalam hidup dan karya pastoral kita.
= Ada dua hal penting yang ingin saya kutip dari surat Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para imam pada hari kamis putih 2004 untuk kita renungkan yakni: Pertama, Pada hari kamis putih, dalam perjamuan terakhir, bukan saja ada penginstitusian ekaristi kudus, tetapi serentak ada pula „Kelahiran imamat“. Kita para imam dilahirkan dari ekaristi kudus. Bila kita mengatakan bahwa gereja hidup dari ekaristi kudus-Ecclesia de Eucharistia vivit, kita pun dapat mengatakan hal yang sama mengenai imamat jabatan kita. „Tidak ada ekaristi Kudus tanpa imamat, demikian pula tidak ada imamat tanpa ekaristi kudus.“ Pelayanan dari orang-orang tertahbis tidak pernah boleh diredusir hanya pada aspek fungsional(aspek fungsi saja) sebab pelayanan orang-orang tertahbis masuk dalam level „Being“(hakekat-adanya) dan hal ini memampukan imam untuk bertindak In Persona Christi. , Kedua, Ekaristi kudus itu adalah satu rahasia iman., dan imamat itu sendiri bila direnungkan secara mendalam maka imamat itu adalah satu rahasia iman pula, mysterium Fidei.  Kedua sakramen ini adalah sakramen PENGUDUSAN dan sakramen  KASIH.
Oleh karena karya Roh Kudus, imam menjadikan Roti dan Anggur, Tubuh dan Darah  Kristus. Ada hubungan istimewa antara Ekaristi dan Imamat, suatu relasi saling mempengaruhi dan saling mengadakan(iterplay) yang bersumber pada Perjamuan Terakhir Tuhan in the Upper Room. Kedua sakramen ini lahir bersama dan nasibnya tak dapat dipisahkan hingga akhir dunia.
= Hakekat keberadaan dan pelyanan seorang imam, seorang murid Kristus adalah „ BERADA BERSAMA DIA-YESUS SANG GURU’ TO BE WITH HIM’ = Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil.... (Mrk.3: 14-15 ).
PENUTUP
= Cinta Kasih Pastoral, apapun penginterpretasian dan pengertiannya, hanya bisa bersifat kristiani apabila spiritualitas dan praksisnya bersumber pada rahasia Ekaristi Kudus dan berkarakter ekaristik.
= Ekaristi Kudus tidak bisa dirayakan hanya sebagai satu perjamuan persaudaraan, atau hanya dalam level fungsional tetapi ekaristi kudus adalah satu perayaan rahasia iman= rahasia paska: sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Rutinitas patroli, rutinitas perayaan ekaristi atau rutinitas pastoral, misa; mestinya mengenakan kebenaran perayaan dan perbuatan hidup in Persona Christi. Pengidentifikasian diri dan pelayanan seorang imam dengan Kristus merupakan hakekat Cinta Kasih Pastoral.
= Sejauh mana pastoral kita diresapi semangat Cinta Kasih, kita para imam, suster, bruder  dan frater perlu rendah hati, dan terus menerus melakukan tobat dan pembaharuan diri.
Semoga Rahmat Allah memampukan kita dalam mengoptimalkan Cinta kasih pastoral dalam hidup dan karya kita. Amen.
Read more...